Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan awal literasi numerasi murid SMA pada pembelajaran fisika materi gerak lurus dengan mempertimbangkan tiga aspek utama, yaitu lokasi sekolah, jenis kelamin, dan status sekolah. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan dengan purposive sampling. Metode yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif untuk mengukur kemampuan awal literasi numerasi berdasarkan asal daerah sekolah, status sekolah, dan gender (jenis kelamin) berbantuan quest dengan pengumpulan data melalui tes literasi numerasi yang terdiri dari 30 butir soal, serta wawancara sebagai data pendukung. Sebanyak 30 butir soal yang digunakan dalam penelitian ini telah divalidasi oleh dua orang ahli, yaitu dosen yang berkompeten, untuk memastikan kelayakan isi serta kesesuaian dengan indikator yang diukur, baik dari segi konten maupun media penyajiannya. Validasi isi juga melibatkan partisipasi calon responden guna menilai keterbacaan dan kejelasan soal. Selanjutnya, validasi konstruk dilakukan melalui analisis menggunakan aplikasi Quest, sedangkan reliabilitas instrumen dihitung dengan rumus Cronbach Alpha untuk mengetahui konsistensi internal butir-butir soal. Sumber data dari penelitian ini meliputi murid (XI2-XI5 SMA Negeri 1 Surakarta, Penelitian ini menggunakan murid dan pendidik mata pelajaran físika dari SMA Batik 1 Surakarta, XI3,XI5, dan XI9 SMA Negeri 1 Kartasura, dan XI1-XI3 SMA Negeri 1 Banyudono). Uji coba instrumen dilakukan di SMA Negeri 1 Surakarta, dan instrumen akhir digunakan pada 400 responden dari beberapa sekolah di wilayah Surakarta, Sukoharjo, Boyolali, baik negeri maupun swasta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas murid berada pada kategori kemampuan awal literasi numerasi sedang hingga tingggi, tanpa ada yang tergolong rendah. Ditinjau dari lokasi sekolah, murid dari Sukoharjo memiliki persentase tertinggi dalam kategori tinggi, disusul Surakarta dan Boyolali. Berdasarkan aspek jenis kelamin, kemampuan numerasi antara murid laki-laki dan perempuan relatif seimbang. Berdasarkan status sekolah, murid dari sekolah negeri menunjukkan proporsi yang sedikit lebih tinggi pada kategori kemampuan tinggi dibandingkan murid dari sekolah swasta. Berdasarkan dari wawancara menunjukkan bahwa kesulitan umum murid dalam memahami grafik dan tabel berkaitan dengan kurangnya latihan serta pemahaman terhadap perintah soal. Pendidik cenderung membantu dengan memberikan penjelasan ulang dan latihan soal tambahan. Penelitian selanjutnya disarankan untuk memperluas mengembangkan materi fisika yang dikaji dan menggunakan pendekatan campuran untuk menggali faktor-faktor yang memengaruhi literasi numerasi murid