Abstrak


PERAN CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) DALAM RESOLUSI KONFLIK DAN PENGELOLAAN IRIGASI PERTANIAN DESA WANGEN KECAMATAN POLANHARJO KABUPATEN KLATEN (STUDI KASUS : CSR PT. TIRTA INVESTAMA)


Oleh :
Dhea Firna Ananda - H0421027 - Fak. Pertanian

Sektor pertanian merupakan sumber pangan utama bagi masyarakat Indonesia. Pembangunan jaringan irigasi menjadi faktor kunci dalam mendukung produktivitas pertanian. Efisiensi pemanfaatan air dan penyalurannya sangat tergantung dari prasarana yang digunakan. Air dimanfaatkan untuk wisata, kebutuhan sehari hari dan sektor pertanian. Keberadaan PT. Tirta Investama sebagai pabrik air minum memunculkan konflik terkait penggunaan air untuk irigasi. Dugaan pengambilan air oleh perusahaan, kerusakan saluran irigasi, serta penggunaan air untuk kepentingan pribadi memicu ketegangan antara petani dan perusahaan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana CSR PT. Tirta Investama berperan dalam meredam konflik tersebut dan mengelola irigasi, mengetahui perubahan yang terjadi setelah adanya program serta  dampak ekonomi, dampak sosial, dan dampak lingkungan. melalui kolaborasi dengan LSM Gita Pertiwi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif. Lokasi penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Desa Wangen, Kecamatan Polanharjo. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. pengumpulan data, kondensasi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Uji validitas data yang digunakan dalam penelitian yaitu triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CSR PT. Strategi penyelesaian konflik dilakukan melalui identifikasi masalah, mediasi, dan implementasi. CSR memiliki peran dalam perencanaan, pelaksanaan, pendanaan, hingga pengambilan keputusan di lapangan. Sementara itu, peran LSM Gita Pertiwi adalah sebagai fasilitator antara perusahaan dan petani. Program yang dijalankan berdampak positif terhadap peningkatan produktivitas pertanian, meredanya konflik, membaiknya kondisi irigasi, serta meningkatnya solidaritas antar pemangku kepentingan. Meskipun petani merasa dilibatkan,namun belum berkelanjutan. Berdasarkan temuan tersebut, peneliti merekomendasikan pembentukan organisasi P3A (Perkumpulan Petani Pemakai Air) dan pelaksanaan gotong royong rutin untuk membersihkan saluran irigasi.