Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa yang membutuhkan perhatian khusus dikarenakan pendekatan pembelajaran konvensional terbukti kurang efektif dalam mendorong keterlibatan aktif dan pemahaman bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keputusan guru seta menganalisis praktik penerapan pendekatan meaningful learning melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran sosiologi. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Informan yang diambil yaitu individu atau perseorangan, pada hasil wawancara oleh peneliti yaitu hasil wawancara dengan siswa, guru, dan hasil observasi di kelas. Data primer diperoleh dari 7 siswa SMA Batik 2 Surakarta kelas 11 hingga 12, dan guru Sosiologi SMA Batik 2 Surakarta. Sumber data sekunder dalam penelitian ini menggunakan dokumen seperti modul ajar, lembar kerja siswa,catatan nilai guru, bahan ajar, dan arsip hasil belajar siswa.Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Peneliti menggunakan observasi tipe passive participant untuk pengumpulan data. Untuk jenis dari wawancara ini adalah wawancara tidak terstruktur. Teknik selanjutnya yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dokumentasi. Dalam teknik uji validitas data penelitian ini menggunakan triangulasi teknik dan sumber. Teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman terdiri dari beberapa tahap diantaranya: reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan guru menerapkan pendekatam meaningful learning melalui PBL muncul dari refleksi terhadap keterbatasan pembelajaran konvensional yang hanya berfokus pada hafalan materi tanpa bisa menghubungkan materi dengan konteks kehidupan nyata siswa. Praktik penerapan PBL tercermin melalui pemanfaatan isu sosial sebagai pemantik diskusi, kegiatan penyelidikan, presentasi, serta refleksi yang bersifat fleksibel untuk membantu siswa dalam mengaitkan materi sosiologi dengan pengalaman sehari-hari. Hal ini selaras dengan teori Ausubel yang menekankan pentingnya integrasi antara materi baru dan pengetahuan yang telah dimiliki siswa agar tercipta pemahaman yang bermakna.