Rahma Annisa Dewi. H0421064. Peran Penyuluh dalam Implementasi Program Regenerative
Agriculture (Studi Kasus di Desa Kemudo dan Desa Sanggrahan, Kecamatan
Prambanan). Dibimbing oleh Ir. Widiyanto
S.P., M.Si., Ph.D. dan Putri Permatasari, S.P., M.Si. Program Studi Penyuluhan
dan Komunikasi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret
Surakarta. 
Ketahanan pangan dan gizi telah menjadi isu krusial di tengah masyarakat
global maupun nasional. Laporan Global Network Against Food Crises (2023)
menunjukkan peningkatan kerawanan pangan akut sebesar 30,3?ri 198 juta jiwa
pada tahun 2021 menjadi 258 juta jiwa pada tahun 2022. Di Indonesia, menurut Global
Food Security Index (2022), skor ketahanan pangan berada di angka 60,2 dan
menempati peringkat ke-63 dari 133 negara, tertinggal dari rata-rata global
yaitu 64,2 poin. Ancaman ketahanan pangan dan gizi yang mengkhawatirkan
memerlukan dukungan stakeholder terkait, salah satunya penyuluh
pertanian. Namun, fakta di lapangan menunjukkan berbagai kendala seperti jumlah
tenaga penyuluh yang tidak sebanding dengan wilayah kerja dan dampak kebijakan
desentralisasi pasca Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 (UU No.23/2014) tentang
Pemerintah Daerah telah menurunkan kinerja penyuluh pertanian PNS. Untuk
mengatasi hal tersebut, diperlukan kolaborasi antara penyuluh PNS, swasta, dan
swadaya. Di Provinsi Jawa Tengah sebagai provinsi terbaik kedua dalam indeks
ketahanan pangan nasional masih menghadapi tantangan di wilayah seperti
Kabupaten Klaten, yang menduduki peringkat ke-49. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan ketahanan pangan di Kabupaten Klaten adalah
melalui Program Regenerative Agriculture, yaitu program
CSR yang dikembangkan PT Sarihusada Generasi Mahardika (SGM) Plant Prambanan
dengan Yayasan Gita Pertiwi sebagai mitra pelaksana, yang dilaksanakan di Desa Kemudo dan Desa Sanggrahan, Kecamatan
Prambanan, Kabupaten Klaten. Program ini melibatkan
penyuluh pertanian dari berbagai latar belakang, yakni penyuluh swadaya, swasta, dan PNS. Peran aktif dan kolaboratif ketiga
penyuluh tersebut berkontribusi
besar terhadap keberhasilan program, yang tercermin dari peningkatan aspek ekonomi,
sosial, dan lingkungan di Desa Kemudo dan Desa Sanggrahan, Kecamatan
Prambanan. Adapun
tujuan dari penelitian ini (1) mengetahui
implementasi Program Regenerative Agriculture di Desa Kemudo dan Desa
Sanggrahan, Kecamatan Prambanan, (2) menganalisis peran penyuluh PNS, penyuluh
swasta, dan penyuluh swadaya dalam mendukung implementasi Program Regenerative
Agriculture di Desa Kemudo dan Desa Sanggrahan, Kecamatan Prambanan, dan
(3) menganalisis dampak implementasi Program Regenerative Agriculture terhadap
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan di Desa Kemudo dan Desa Sanggrahan,
Kecamatan Prambanan.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Lokasi penelitian dipilih secara sengaja (purposive) di Desa Kemudo dan Desa
Sanggrahan, sebagai desa penerima manfaat Program Regenerative Agriculture. Penelitian ini melibatkan 13 informan
yang dipilih dengan teknik purposive
sampling. Pengumpulan data menggunakan teknik wawancara mendalam,
observasi, dan dokumentasi. Data yang
digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analysis Interactive Model dari Miles
dan Huberman. Keabsahan
data yang digunakan dalam penelitian ini berupa triangulasi sumber dan teknik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) implementasi
Program Regenerative Agriculture (Reg Agri) di Desa Kemudo dan
Sanggrahan merupakan bagian dari inisiatif CSR PT Sarihusada Generasi
Mahardhika dengan Yayasan Gita Pertiwi sebagai mitra pelaksana. Program ini
menunjukkan pendekatan pemberdayaan berbasis pendampingan yang terstruktur
melalui tujuh tahapan sistematis, mulai dari assessment awal kebutuhan
petani, penyusunan
project brief dan LFA oleh PT SGM dan pihak Gita Pertiwi, kickoff
program, implementasi program sesuai plan, monitoring dan evaluasi, perbaikan, serta
evaluasi akhir. Fokus
utama program meliputi praktik pertanian sehat, pemanfaatan pupuk sludge, dan
penguatan forum petani. Efektivitas Program Regenerative Agriculture di
Desa Kemudo dan Sanggrahan masih dihadapkan pada keraguan petani terhadap
keuntungan ekonomi, keterbatasan jumlah penyuluh, dan rendahnya partisipasi
petani dalam pengambilan saprotan organik. (2) Peran penyuluh dalam Program Regenerative
Agriculture menunjukkan dinamika kolaborasi yang kompleks, di mana
keberagaman peran dan pendekatan antara penyuluh swasta, penyuluh PNS, dan penyuluh
swadaya dipengaruhi oleh struktur formal, relasi sosial, serta efektivitas
komunikasi antarpenyuluh. Penyuluh
swasta umumnya aktif di semua peran karena menjadi pelaksana utama Program Regenerative
Agriculture. Penyuluh PNS hadir sebagai mitra
kelembagaan yang mengintegrasikan program
dengan sistem penyuluhan formal, di mana mereka aktif dalam enam peran, yaitu edukator, diseminator, fasilitator, konsultan, supervisor,
dan pemantauan, serta hanya berperan pasif dalam peran evaluator. Sementara
itu, penyuluh swadaya menonjol dalam kedekatan sosial dan peran informal di
tingkat komunitas, namun tidak terlibat dalam peran formal seperti supervisor,
pemantauan, dan evaluator akibat posisinya di luar struktur resmi program.
Temuan di lapang menunjukkan bahwa kurangnya keterlibatan penyuluh swadaya
dalam fungsi formal bukan karena keterbatasan kapasitas, melainkan akibat
adanya konflik peran dengan penyuluh swasta serta karakter mereka sebagai
petani inovator yang lebih fleksibel dan berbasis relasi sosial. (3) Dampak implementasi Program Regenerative
Agriculture di Desa Kemudo dan Sanggrahan sudah memberikan dampak pada
aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dari
sisi ekonomi, program
telah memberikan kontribusi positif terhadap ekonomi lokal dengan membuka
peluang usaha pupuk organik sludge, menyediakan molen penggiling, mengadakan pelatihan
saprotan organik, dan pemasaran padi sehat lewat BUMDes. Pada aspek sosial,
memberikan dampak positif terhadap dinamika sosial petani, ditandai dengan
meningkatnya interaksi, komunikasi, dan kolaborasi antarpetani melalui berbagai
kegiatan, seperti pertemuan kelompok tani, pelatihan, dan diskusi lapangan.
Pada aspek lingkungan, implementasi Program Regenerative Agriculture di
Desa Kemudo dan Desa Sanggrahan memberikan dampak awal yang positif terhadap
kondisi lingkungan, terutama dalam memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah
sawah yang lebih gembur, subur, dan mendukung pertumbuhan tanaman.