Penelitian
ini bertujuan untuk mengevaluasi kelayakan proyek Bus Wisata Werkudara di Kota
Surakarta sebagai atraksi wisata dalam bentuk moda transportasi, dengan
penekanan pada dua tujuan utama: (1) mendeskripsikan pengelolaan Bus Wisata
Werkudara yang mencakup aspek teknis, manajerial, dan pemasaran; serta (2)
menganalisis kelayakan ekonomi proyek berdasarkan indikator finansial, yaitu Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Benefit Cost
Ratio (BCR), Payback Period (PBP), dan analisis arus kas. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode studi kelayakan proyek dan
didukung oleh data primer melalui wawancara, observasi, serta data sekunder
dari instansi terkait. Analisis dilakukan terhadap tiga asumsi skenario:
kondisi saat ini (base case), penambahan frekuensi trip, dan penambahan
armada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara teknis, Bus Werkudara
memiliki spesifikasi yang mendukung sebagai transportasi wisata, namun terbatasnya
jumlah armada dan frekuensi trip membatasi fleksibilitas pelayanan. Secara
manajerial, pengelolaan masih bersifat administratif dan belum berbasis
evaluasi kinerja. Dari sisi pemasaran, strategi promosi belum maksimal,
terutama dalam pemanfaatan digital dan kerja sama dengan pihak ketiga. Secara
finansial, pada skenario dasar proyek dinyatakan tidak layak karena nilai NPV
negatif (sebesar –Rp. 1.475.800.262,30) dan tidak terpenuhinya indikator IRR,
BCR, maupun PBP. Namun, pada skenario penambahan hari operasional, diperoleh
NPV positif (sebesar Rp. 1.555.435.737,70), IRR lebih besar dari suku bunga (17,3%>8,59%),
BCR lebih besar dari satu (1,29), dan PBP kurang dari umur proyek 15 tahun (5,6
tahun). Sementara pada skenario penambahan armada, proyek menjadi sangat layak
secara finansial, dengan NPV meningkat (menjadi sebesar Rp. 9.893.514.356,83),
IRR meningkat (sebesar 33,1%), BCR meningkat (1,82), dan PBP lebih pendek dari
umur proyek 15 (4,22 tahun). Dari sisi ekonomi publik, pola hasil yang sama
juga terlihat, di mana pada skenario dasar proyek dinilai tidak layak,
sedangkan pada skenario penambahan hari operasional maupun armada diperoleh
ENPV positif, EIRR di atas tingkat suku bunga sosial, BCR lebih dari satu,
serta PBP lebih singkat dari umur proyek. Dengan demikian, peningkatan
kapasitas layanan terbukti berdampak positif terhadap kelayakan finansial
proyek.