Ketersediaan sumber energi fosil yang semakin menipis serta dampaknya terhadap lingkungan mendorong pencarian sumber energi alternatif yang lebih berkelanjutan. Salah satu alternatif tersebut adalah biomassa, yang tidak hanya dapat menjadi sumber energi, tetapi juga bahan baku untuk produk bernilai tambah. Kelapa sawit, salah satu komoditas utama di Indonesia, menghasilkan limbah biomassa dalam jumlah besar, khususnya cangkang kelapa sawit. Limbah ini mengandung karbon tinggi dan belum dimanfaatkan secara optimal. Dengan menggunakan metode gasifikasi dan pirolisis, limbah ini dapat diolah menjadi karbon aktif, yang salah satunya bermanfaat untuk penjernihan air. Proses pembuatan karbon aktif dimulai dengan pirolisis arang hasil samping gasifikasi pada suhu 400°C selama 30 menit, diikuti dengan dua tahapan aktivasi. Aktivasi kimia dilakukan menggunakan larutan H3PO4 3M selama 24 jam, sementara aktivasi fisika dilakukan dengan pemanasan pada suhu 800°C selama 1 jam. Karakterisasi karbon aktif dilakukan menggunakan metode BET untuk mengukur luas permukaan spesifik yang menunjukkan peningkatan luas permukaan dari 12,311 m²/g menjadi 405,637 m²/g setelah aktivasi dan metode spektrofotometri UV-Visible untuk menguji performa adsorpsi karbon aktif terhadap zat warna sintetis methyl orange. Pengujian adsorpsi menggunakan variasi waktu kontak (60 menit dengan interval waktu 10 menit) dan konsentrasi larutan methyl orange (10 hingga 50 ppm) menunjukkan bahwa waktu kontak optimal adalah 60 menit. Dari pengujian menggunakan spektrofotometer didapatkan hasil yang sejalan dengan Hukum Lambert-Beer yang menyatakan nilai absorbansi berbanding lurus dengan nilai konsentrasi. Kinetika adsorpsi digunakan untuk mengetahui seberapa cepat proses berlangsung, digunakan model kinetika pseudo first order dan pseudo second order untuk menentukan kesesuaian model. Didapatkan kesesuaian karbon aktif pada model pseudo second order dengan nilai konstanta kecepatan adsorpsi sebesar 0,0445 dan nilai R² sebesar 0,9925. Sedangkan kapasitas maksimum adsorpsi ditentukan menggunakan model isoterm Langmuir. Model isoterm Langmuir digunakan untuk menggambarkan secara kuantitatif pembentukan adsorbat pada permukaan luar adsorben dan diperoleh nilai qmax sebesar 140,8451 mg/g dengan konstanta Langmuir sebesar 0,0053.