Bahasa
Krama Inggil sebagai bagian dari identitas budaya Jawa menghadapi
tantangan akibat menurunnya penggunaan di kalangan generasi muda. Penelitian
ini bertujuan untuk memahami proses reproduksi budaya Bahasa Jawa Krama
Inggil yang dilakukan melalui pelatihan pambiwara di Desa Ngemplak,
Kecamatan Karangpandan sebagai upaya pelestarian budaya lokal menggunakan skema
reproduksi budaya dari Pierre Bourdieu. Metode yang digunakan adalah pendekatan
kualitatif deskriptif dengan desain studi kasus. Teknik pemilihan informannya
menggunakan teknik snowball dengan informan terdiri dari peserta
pelatihan, pelatih, dan perangkat desa. Analisis data menggunakan model
interaktif Miles, Huberman, dan Saldana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebelum pelatihan, generasi muda mengalami kesulitan dalam memahami dan
menggunakan Bahasa Krama Inggil akibat lemahnya pewarisan bahasa,
dominasi bahasa nasional dan asing, serta minimnya praktik penggunaan bahasa
lokal. Pelatihan pambiwara berfungsi sebagai arena sosial yang strategis
untuk membentuk habitus baru generasi muda melalui pengalaman belajar yang
aktif dan berulang. Pelatih dan tokoh masyarakat bertindak sebagai aktor budaya
dengan modal simbolik dan kultural yang tinggi, memungkinkan terjadinya
transfer nilai-nilai lokal secara efektif. Pelatihan juga menciptakan praktik
sosial baru, memperkuat identitas budaya peserta, serta melahirkan komunitas
pasca-pelatihan seperti paguyuban budaya yang memperkuat kesinambungan
reproduksi budaya. Dengan demikian, pelatihan pambiwara terbukti sebagai wahana
transformasi sosial dan pelestarian budaya yang kontekstual.