Abstrak


REPRESENTASI LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DALAM PERSPEKTIF YIN-YANG SEBAGAI GAGASAN PENCIPTAAN KARYA SENI LUKIS


Oleh :
Naira Alvita Ziven - C0621039 - Fak. Seni Rupa dan Desain

Naira Alvita Ziven NIM. C0621039. 2025. Representasi Laki-Laki dan Perempuan Dalam Perspektif Yin-Yang Sebagai Gagasan Penciptaan Seni Lukis. Pengantar karya Skripsi Penciptaan Seni (S-1), Program Studi Seni Rupa, Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.


Laki-laki dan perempuan kerap kali memiliki keterbatasan ruang gerak yang tidak jarang menimbulkan isu ketidaksetaraan gender karena adanya stereotip yang berlaku. Sebagai solusi atas ketidaksetaraan tersebut, perspektif Yin-Yang sebagai konsep dualitas harmonis dihadirkan sebagai gagasan baru melihat perbedaan sebagai kekuatan yang saling melengkapi, bukan bertentangan. Fokus utama yang diangkat yakni bagaimana konsep Yin-Yang dapat menjadi sumber ide penciptaan serta visualisasinya dalam karya seni lukis sebagai simbol kesetaraan gender. Tujuan penciptaan antara lain adalah untuk mengetahui makna konsep Yin dan Yang secara filosofis dan estetis, memformulasikan visualisasi laki-laki dan perempuan sebagai dualitas yang setara, dan mengaplikasikannya ke dalam bentuk karya seni lukis. Sumber ide diperoleh dari pengalaman personal, studi literature, serta observasi fenomena sosial terkait gender. Media yang digunakan berupa kanvas dan cat akrilik dengan pendekatan surealis. Metode penciptaan melibatkan tahap eksplorasi tema, sketsa, dan realisasi visual. Proses penciptaan menitikberatkan pada pencarian objek dan warna yang merepresentasikan Yin (feminin) dan Yang (maskulin) secara intuitif dan konseptual. Lima karya yang dihasilkan mengangkat fase kesinambungan refleksi batin terhadap dinamika gender bahkan sosial secara umum melalui simbol visual seperti kepala, kain, cermin, kupu-kupu, hingga mata raksasa. Hasil akhir menunjukkan bahwa konsep Yin-Yang mampu membuka interpretasi baru terhadap relasi laki-laki dan perempuan secara visual dan filosofis. Karya-karya ini tidak hanya narasi personal, tetapi juga menjadi refleksi sosial mengenai pentingnya keseimbangan dalam relasi antar gender.