Peserta
didik dengan hambatan intelektual, khususnya siswa tunagrahita, memiliki
keterbatasan dalam memahami materi yang bersifat teoritis termasuk dalam
pembelajaran seni budaya seperti pengenalan batik. Batik sebagai bagian dari
warisan budaya bangsa perlu diperkenalkan kepada peserta didik secara menarik
dan menyenangkan. Namun demikian, media pembelajaran yang tersedia pada umumnya
masih cenderung monoton, kurang interaktif, dan belum sepenuhnya mampu menarik
perhatian siswa berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, diperlukan media
pembelajaran yang mampu menyajikan materi secara visual, konkret, dan
interaktif agar lebih mudah dipahami oleh siswa tunagrahita. Penelitian ini
bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran berupa buku pop-up sebagai
sarana pengenalan batik yang dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa
tunagrahita kelas XI di SMALB Negeri Karanganyar. Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah penelitian dan pengembangan (Research and Development) dengan
mengacu pada model ADDIE, yang terdiri atas lima tahap, yaitu: Analysis
(analisis), Design (perancangan), Development (pengembangan), Implementation
(implementasi), dan Evaluation (evaluasi). Subjek penelitian ini adalah
sebelas siswa tunagrahita ringan. Validasi dilakukan oleh ahli materi, ahli
media, dan guru yang mengajar siswa tunagrahita, yang hasilnya menunjukkan
bahwa buku pop-up tergolong sangat layak digunakan dalam proses pembelajaran. Uji
coba skala kecil yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar
siswa, khususnya pada aspek kognitif tingkat dasar yaitu C1 (mengingat) dan C2
(memahami). Pengembangan buku pop-up ini menekankan pada elemen visual seperti
ilustrasi yang komunikatif, tipografi yang mudah dibaca, warna yang menarik
namun tetap nyaman dipandang, serta tata letak yang disesuaikan dengan
karakteristik siswa tunagrahita. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media buku
pop-up efektif dalam menarik minat belajar, mempermudah pemahaman materi
pengenalan batik, serta menciptakan suasana belajar yang lebih menyenangkan dan
bermakna bagi siswa. Dengan demikian, media ini dapat dijadikan sebagai
alternatif pembelajaran seni budaya yang inklusif dan adaptif bagi peserta
didik berkebutuhan khusus.