Film dokumenter merupakan salah satu bentuk karya visual yang mampu merekam realitas sosial secara mendalam dan jujur. Dalam produksi film dokumenter “Sudiro”, peran camera person menjadi sangat penting dalam menghadirkan gambar-gambar yang tidak hanya informatif tetapi juga estetis. Dokumenter ini mengangkat kisah akulturasi budaya antara masyarakat Tionghoa dan Jawa di kawasan Sudiroprajan, Surakarta. Tujuan utama dari pembuatan dokumenter ini adalah untuk memberikan pemahaman sejarah serta nilai-nilai budaya kepada masyarakat luas melalui pendekatan visual yang kuat dan komunikatif.
Laporan ini mendeskripsikan secara teknis dan praktis proses produksi dokumenter “Sudiro” dengan fokus pada tahapan praproduksi, produksi, dan pascaproduksi yang dilakukan penulis sebagai camera person. Penulis bertanggung jawab dalam pengambilan gambar yang mendukung narasi dokumenter tanpa menggunakan narator, sehingga footage dan wawancara menjadi elemen utama dalam menyampaikan pesan.
Hasil dari laporan ini menunjukkan bahwa pemilihan teknik sinematografi yang sesuai, pengaturan cahaya, komposisi gambar, serta pemahaman terhadap konteks budaya lokal menjadi kunci keberhasilan visual dalam dokumenter “Sudiro”. Dengan pendekatan observasional, penulis berhasil menyajikan gambar-gambar yang menggambarkan kehidupan masyarakat Tionghoa-Jawa secara natural namun tetap estetis. Laporan ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pelaku produksi film dokumenter, khususnya yang berperan sebagai camera person dalam proyek bertema sosial-budaya. Kata Kunci: Akulturasi Budaya, C