Penelitian ini mengkaji dinamika gerakan warga terdampak pencemaran limbah oleh PT Rayon Utama Makmur (PT RUM) di Sukoharjo, Jawa Tengah. Permasalahan utama yang diangkat adalah bagaimana warga menghadapi dampak pencemaran lingkungan dari aktivitas industri, dan bagaimana proses gerakan sosial terbentuk sebagai respons atas ketidakadilan ekologis dan sosial yang mereka alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk memahami bagaimana persoalan pencemaran muncul dan memicu aksi kolektif, bagaimana pola gerakan terbentuk dan berkembang, serta faktor yang memengaruhinya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus dimana data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi lapangan, dan analisis dokumen. Teori yang digunakan adalah Political Process Theory dari Doug McAdam sebagai pisau analisis dalam penelitian ini. Temuan penelitian menunjukkan bahwa pencemaran limbah PT RUM tidak hanya memicu krisis ekologis, tetapi juga memperlihatkan relasi kekuasaan yang timpang. Warga terdampak menghadapi masalah multidimensi, termasuk pencemaran lingkungan, gangguan kesehatan, penurunan ekonomi, dan ketegangan sosial akibat lemahnya penegakan hukum dan keberpihakan negara kepada korporasi. Gerakan berkembang secara bertahap melalui coping atau pengendalian berupa respons spontan terhadap pencemaran, adaptif berupa pembentukan komunitas GPL dan kolaborasi dengan aktor eksternal, dan transformatif berupa aksi hukum dan unjuk rasa hingga kemenangan di Mahkamah Agung. Faktor pendorong utamanya meliputi: (1) kesadaran kolektif akan ketidakadilan, (2) solidaritas dan organisasi warga, serta (3) pemanfaatan peluang politik melalui kolaborasi dengan LSM dan media. Gerakan warga Sukoharjo menunjukkan potensi komunitas dalam memperjuangkan keadilan ekologis dan perubahan kebijakan yang lebih adil dan partisipatif. Temuan ini menunjukkan pentingnya pendekatan multidimensi dalam gerakan lingkungan untuk mencapai keadilan ekologis.