Dalam konstruksi bangunan bertingkat, pemilihan sistem pelat lantai memiliki peran krusial dalam memengaruhi mutu, kecepatan penyelesaian, serta total biaya proyek. Berbagai metode konstruksi, seperti pelat pracetak half slab dan pelat konvensional, menawarkan keunggulan dan keterbatasan masing-masing. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan efisiensi mutu, produktivitas, dan biaya dari kedua sistem tersebut, sehingga dapat memberikan rekomendasi yang tepat bagi pelaksanaan proyek konstruksi. Metode penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan pengumpulan data primer dari proyek pembangunan Gedung Laboratorium Terpadu UIN Maulana Malik Ibrahim Malang yang menggunakan sistem half slab, serta data pembanding dari proyek sejenis dengan sistem pelat konvensional. Parameter yang dianalisis meliputi durasi pekerjaan, jumlah tenaga kerja, kebutuhan bekisting dan perancah, biaya material, upah pekerja, serta mutu hasil akhir pelat. Perbandingan dilakukan melalui analisis produktivitas kerja, perhitungan efisiensi biaya, dan pengamatan kualitas struktur di lapangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem half slab mampu meningkatkan produktivitas secara signifikan, dengan waktu konstruksi lebih singkat akibat proses fabrikasi yang dilakukan di pabrik dan minimnya pekerjaan bekisting di lokasi. Dari sisi biaya, sistem pelat konvensional cenderung lebih ekonomis untuk proyek dengan jumlah lantai terbatas, namun pada proyek bertingkat tinggi, sistem half slab memberikan efisiensi biaya total yang lebih baik. Dari aspek mutu, keduanya memenuhi standar perencanaan, namun half slab memberikan konsistensi hasil yang lebih merata. Kesimpulannya, sistem half slab layak dipertimbangkan untuk proyek berskala besar yang menuntut efisiensi waktu dan biaya, sedangkan sistem konvensional tetap relevan untuk proyek berskala kecil. Temuan ini diharapkan menjadi referensi praktis bagi perencana dan pelaksana proyek dalam menentukan metode konstruksi pelat lantai yang paling sesuai dengan karakteristik proyek.