;
Latar
Belakang: Gap karbon dioksida (GapCO₂; PaCO₂–EtCO₂)
merefleksikan ketidakseimbangan ventilasi–perfusi dan status hemodinamik,
sehingga berpotensi berkaitan dengan luaran fungsional pasca kraniotomi pada
cedera otak traumatik (COT).
Tujuan:
Mengevaluasi hubungan GapCO₂ perioperatif dengan luaran pasien COT pasca
kraniotomi.
Metode:
Studi observasional analitik kohort retrospektif dilakukan pada pasien dewasa
COT yang menjalani kraniotomi di RSUD Dr. Moewardi. Data PaCO₂, EtCO₂, dan
GapCO₂ dikumpulkan pada hari ke-0, hari ke-1, dan hari ke-2; ΔGapCO₂ dihitung
antar-hari. Luaran utama dinilai dengan Glasgow Outcome Scale-Extended (GOSE).
Analisis meliputi uji korelasi, regresi linear berganda, serta kurva ROC.
Hasil:
Delapan puluh tujuh pasien dianalisis (usia 44±16,8 tahun; laki-laki 48,3%; GCS
awal 8,24±3,40). Rerata GapCO₂ menurun dari hari-0 (4,38±2,83 mmHg) ke hari-1
(3,91±2,85; p=0,013) dan hari-2 (3,94±3,34; p=0,018). Analisis multivariat
menunjukkan GCS awal (p=0,014), PaCO₂ hari-1 dan hari-2 (p=0,014; p=0,002),
GapCO₂ hari-1 dan hari-2 (p=0,006; p=0,018), serta lama rawat ICU (p=0,022)
berhubungan signifikan dengan skor GOSE. Namun, kemampuan diskriminatif GapCO₂
terhadap luaran baik–buruk terbatas (AUC 0,53–0,55). ΔGapCO₂ juga tidak
signifikan (AUC 0,49–0,56).
Kesimpulan: GapCO₂ pada 48 jam pertama pasca kraniotomi berasosiasi dengan luaran fungsional (GOSE) setelah dikontrol faktor perancu, tetapi tidak cukup kuat sebagai prediktor tunggal. GapCO₂ lebih tepat digunakan sebagai bagian dari pemantauan multimodal dibanding penentu tunggal prognostik.