Abstrak


Perang mempertahankan kemerdekaan di Kebumen tahun 1945-1950


Oleh :
Fuad Yogo Hardyanto - C0502016 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

ABSTRAK 2010. Skripsi: Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Sastra Dan Seni Rupa Universitas Sebelas Maret Surakarata. Permasalahan dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimana latar belakang perjuangan rakyat kebumen yang tergabung dalam laskar dan badan-badan perjuangan rakyat dalam melucuti sisa pasukan Jepang? (2) Peristiwa apa saja yang mewarnai perjuangan rakyat Kebumen dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik indonesia? (3) Bagaimana sistem rekruitmen, logistik dan strategi perang masyarakat Kebumen dalam perang mempertahankan kemerdekaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah dengan tahapan:Pertama, Heuristik, yaitu tahap pengumpulan sumber dokumen; kedua, kritik sumber/kritik sejarah, adalah menilai atau mengkritik sumber itu, baik itu ekstern maupun intern; ketiga, interpretasi, yaitu penafsiran sumber yang dapat dipercaya; keempat, historiografi, adalah penulisan sejarah sebagai suatu kisah Hasil penelitian menggambarkan bahwa Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945, mendorong Angkatan Muda Kebumen menjadi pelopor dalam menggerakan roda pemerintahan dan pelucutan senjata milik Jepang. Gerakan ini menjadi suatu model perjuangan yang dilakukan pada masa itu. Ditengah peran Angkatan Muda Kebumen yang begitu dominan maka di Kebumen banyak tumbuh dan berkembang laskar-laskar dan badan perjuangan sebagai respon jaman revolusi. Laskar-laskar dan badan perjuangan yang sangat menojol antara lain Angkatan Muda Kebumen, Komite Nasional Indonesia (KNI) dan Angkatan Oemat Islam (AOI). Laskar-laskar dan badan perjuangan ini menjadi pejuang garis depan menahan laju serangan tentara Belanda. Agresi militer Belanda 1 dihadapi oleh masyarakat Kebumen dengan membentuk berbagai badan pertahanan rakyat seperti Panitia Pembelaan Rakyat Kabupaten Kebumen (PPRDK). Pada masa agresi militer Belanda I terjadi beberapa peristiwa pertempuran seperti pertempuran Karanggayam, Pertempuran Sidobunder dan peristiwa Kanonade desa Candi. Sedangkan pada agresi militer Belanda II pemerintah Kabupaten Kebumen mengikuti instruksi yang dikeluarkan oleh Markas Besar Komando Djawa. Instruksi perang gerilya dilakukan di Kebumen dengan melibatkan masyarakat sebagai pager desa. Selain itu juga diadakan pusat-pusat logistik di Kebumen berupa dapur-dapur umum. Lokasi dapur umum antara lain berada di Buayan, Ayah, Rowokele, Gombong dan Sempor. Peran logistik dikebumen sangat besar bagi perjuangan kemerekaan di Kebumen. Dukungan logistik yang mengalir biasanya berasal dari daerah-daerah yang berada dekat dengan medan pertempuran. Dengan adanya dukungan logistik ini maka moral prajurit dapat terjaga untuk selalu berjuang digaris depan. ABSTRACT 2010. Thesis: History Department of Letters and Fine Arts Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. The problems of research are (1) What was the background of Kebumen’s people struggle integrated in the people struggle troops and bodies in striping the rest of Japanese soldier? (2) What event did color the Kebumen people’s struggle of defending Indonesian Republic’s independence? (3) How was the recruitment, logistic and battle strategy of Kebumen people in the battle of defending independence. The method employed in this research was historical method with the following steps: Firstly, heuristic, that is, the collection of document source; secondly, source criticism/history criticism, that is to asses or to critique the source, either internally or externally; thirdly, interpretation, that is, to interpret the reliable source; fourthly, historiography, that is, the history writing as a story. The result of research represents that Indonesian Republic’s Independence Proclamation on August 17, 1945, encouraged the Kebumen Youth to become the pioneer in motivating the government wheel and Japanese arms striping. This movement becomes a model of struggle done at that time. Amid the dominant role of Kebumen Youth there grows and develops the struggle troops and bodies as the response to revolution age. The most prominent struggle troops and bodies include: Kebumen Youth (Angkatan Muda Kebumen), Indonesian National Committee (KNI) and Islamic Community Force (AOI). It was this struggle troops and bodies that became the frontline struggler in resisting the Dutch soldier’s attack. The first Dutch military aggression was faced by Kebumen people by establishing such people defense bodies as People Defense Committee of Regency Kebumen (PPRDK). In the first Dutch military aggression time many battle events occurred including Karanggayam, Sidobunder battles and Kanodade event in village Candi. Meanwhile during the second Dutch military aggression, the Regency Kebumen’s government followed instruction issued by the Java Command Headquarter. The instruction of guerrilla battle was done in Kebumen by involving the people as the village fence. In addition, the logistic centers were also built in Kebumin in the form of public kitchens. The locations of public kitchen included Buayan, Ayah, Rowokele, Gombong and Sempor. The role of logistic in Kebumen is very important for the independence struggle in Kebumen. The logistic support usually derived from the areas adjacent to the battle arena. With the logistic support, the soldiers’ morale was maintained to keep struggling in the frontline.