Usahatani sebagai suatu disiplin ilmu membahas tentang cara mengelola berbagai faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal, benih, pupuk, dan pestisida secara efektif, efisien, dan berkelanjutan guna menghasilkan produk yang optimal dan meningkatkan pendapatan. Tanaman hortikultura, seperti buncis (Phaseolus vulgaris L.), merupakan salah satu komoditas yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan permintaan pasar yang stabil. Desa Matesih, yang terletak di Kecamatan Matesih, Kabupaten Karanganyar, memiliki kondisi agroklimat yang mendukung untuk budidaya tanaman buncis. Kegiatan tugas akhir bertujuan agar mahasiswa dapat mengaplikasikan teknik budidaya tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) mulai dari persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, hingga panen dan pascapanen, mahasiswa mampu mengidentifikasi dan menangani permasalahan teknis yang timbul dalam proses budidaya tanaman buncis (Phaseolus vulgaris L.) secara mandiri, mahasiswa mampu melakukan analisis kelayakan usahatani buncis dengan menghitung biaya produksi, penerimaan, keuntungan, serta rasio R/C, B/C, dan BEP, dan mahasiswa mampu melakukan pemasaran secara langsung terhadap hasil panen budidaya tanaman buncis. Morfologi tanaman buncis terdiri dari akar, batang, daun, bunga, buah dan biji. Syarat tumbuh tanaman buncis yaitu dapat ditanam dengan ketinggian tempat berkisar 800-1478 mdpl, curah hujan 2500-3000 mm/tahun, dan suhu rata-rata berkisar antara 20-36 ºC.
Budidaya tanaman buncis dimulai dari persiapan lahan,
penyediaan benih, penanaman, pemeliharaan, panen dan pasca panen. Kegiatan
budidaya buncis dilakukan di Desa Matesih dengan luasan lahan 200 m2,
jumlah populasi buncis yaitu 396 tanaman. Hasil panen dari kegiatan budidaya
tanaman buncis menghasilkan 225 kg buncis. Setelah proses budidaya selesai, selanjutnya
dilakukan pemasaran hasil dari budidaya yang berupa penjualan produk buncis
segar. Pemasaran dilakukan dengan menjual semua hasil panen kepada tengkulak. Pemasaran
yang dilakukan mengacu pada bauran pemasaran 4P (product, price, place,
promotion), pemasaran dilakukan dengan menjual seluruh hasil panen tanaman
buncis kepada pedagang pengumpul (tengkulak). Harga yang disepakati dengan
tengkulak adalah Rp. 10.000/kg. Kemudian dilakukan analisis usahatani tanaman
buncis dalam satu musim tanam (MT) dengan menghitung berbagai komponen dan
didapati hasil total biaya Rp. 1.569.000, penerimaan Rp. 2.250.000, keuntungan
Rp. 681.000. Kemudian dilakukan perhitungan BEP (Break Even Point) yang
digunakan untuk merencanakan keuntungan, mengetahui berapa volume produksi yang
ingin dicapai, menetapkan harga jual sehingga tidak untung atau rugi (impas).
Hasil perhitungan didapati BEP Produksi 157 kg, BEP Harga Rp.6.973, BEP
Penerimaan Rp. 455.767, serta dilakukan perhitungan R/C ratio dan B/C ratio
agar mengetahui apakah usahatani yang dilakukan efisien dan layak dikembangkan
atau tidak. Hasil perhitungan didapati R/C ratio 1,43 dan B/C ratio 0,43, maka
dapat disimpulkan bahwa usahatani budidaya tanaman buncis efisien dan layak
untuk dikembangkan.