Abstrak


Analisis perbandingan efektivitas bawang putih dengan formalin sebagai pengawet pada tahu


Oleh :
Iken Agustina - G005115 -

ABSTRAK Formalin adalah bahan pengawet yang masih sering digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk mengawetkan makanan, padahal formalin merupakan zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia. Bawang putih bisa dijadikan pengawet makanan karena mengandung daya antimikroba yang bisa menekan pertumbuhan mikroba pada makanan, sehingga bawang putih bisa dijadikan sebagai pengawet pengganti formalin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan efektivitas bawang putih dengan formalin sebagai pengawet pada tahu. Jenis penelitian ini adalah eksperimental dengan subyek penelitian 24 tahu putih yang dibagi dalam 4 kelompok sama banyak. Kelompok pertama di awetkan dengan bawang putih, kelompok kedua dengan kalium sorbat, kelompok ketiga dengan formalin, dan kelompok terakhir tidak diawetkan. Percobaan ini dilakukan 3 kali. Kemudian setiap tahu diamati perubahan warna, bau, serta timbulnya lendir dalam hitungan jam. Data dianalisis dengan uji statistik anova. Perbedaan dikatakan signifikan bila p<0,05. Dari penelitian ini didapatkan hasil sebagai berikut: penelitian pada suhu kamar ( 30◦C) semua menunjukkan perbedaan yang signifikan kecuali pada variabel warna dan lendir antara bawang putih dengan tanpa pengawet. Sedangkan untuk suhu kulkas (-3◦C) semua menunjukkan perbedaan yang signifikan. Selanjutnya untuk tahu yang diawetkan dengan formalin memiliki waktu awet yang paling lama. Sampai 3 minggu perendaman dengan formalin, tahu tidak mengalami perubahan warna, bau, dan timbul lendir. Bawang memiliki rata- rata statistik yang paling kecil dibandingkan dengan pengawet yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa bawang kurang efektif untuk dijadikan sebagai pengawet, karena kemampuan bawang putih sebagai pengawet masih di bawah kalium sorbat sebagai pengawet makanan standar. ABSTRACT Formalin is a preservative that often used by Indonesian society for preserving food, whereas formalin is a dangerous material for human health. Garlic can be made as food preservative because it consists of antimicroba which can resist microba growth. So, garlic can be made as preservative for food instead of formalin. The purpose of this experiment is comparing the affectivity between garlic and formalin as a preservatives of tofu. It is an experimental research with 24 white tofus as a research subject that is divided into 4 groups in the same number. The first group is preservatived by garlic, the second one by kalium sorbat, the third one by formalin, and the last is not preservatived. This research is done 3 times, next the change of colour, smell, and the appearing of mucous on the tofu are observed. The results are determined in hours. After that the results are analyzed by Anova Statistic Test. The difference is considered significant if p < 0.05 The results from this research: in the room temperature (30°C), all show the significant difference except the variable of colour and mucous beetwen garlic and without preservative. But, for cold temperature (3°C), all show the significant difference. And then for tofu that are preservatived by formalin, they have the lasting time. Till 3 weeks, preservative by formalin, the colour and smell of tofu don’t change, and there’s no mucous appear in the tofu. Garlic has the smallest statistic means than the other preservatives. It shows that garlic is not effective to be preservative, because the ability of garlic as a preservative still under kalium sorbat’s ability as a standard food preservative.