Abstrak


Pembuatan Alat Ekstraktor-Evaporator Zat Warna Alami


Oleh :
Ratna Nur Fitriana - I8315046 - Fak. Teknik

Perkembangan batik di Indonesia sangat pesat hal ini dapat dilihat dari 

banyaknya industri batik yang ada di Indonesia. Bahkan pada tanggal 2 Oktober

2009 batik di Indonesia sudah mendapatkan pengakuan dari UNESCO yang

merupakan kriteria Intangiable Cultural Heritage for Humanity. Pesatnya

perkembangan batik tersebut tidak diiringi dengan kemajuan peralatan-peralatan

yang digunakan untuk proses produksi batik, terlebih di Usaha Kecil Menengah. 

 

Studi kasus dilakukan di UKM I Batik Soul Craft yang terletak di Desa 

Kuwiran, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali dan UKM II Batik Cantik

di Desa Denggungan, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali karena kedua

UKM masih menggunakan alat ekstraksi zat warna alami yang sederhana berupa

panci yang tidak dilengkapi dengan saringan didalamnya, pengadukan yang tidak

dilakukan terus-menerus, dan tidak adanya proses pemurnian konsentrat melalui

proses evaporasi, maka pada kegiatan ini dibuat alat ekstrakstor-evaporator yang

efektif dan efisien.

 

Alat ekstraktor-evaporator zat warna alami yang dibuat terdiri atas tiga 

bagian utama. Bagian pertama adalah tangki, memiliki volume sebesar 15 Liter,

berbahan dasar stainless steel (SS) 304, yang dilengkapi dengan tangki penyaring

serta kran pengeluaran hasil ekstraksi. Bagian kedua adalah rangka alat, terbuat

dari besi siku. Rangka alat memiliki dimensi total 58 cm x 40 cm x 72 cm,

berfungsi sebagai penyangga tangki ekstraktor-evaporator dan rangkaian

pengaduk. Bagian ketiga adalah pengaduk, terbuat dari stainless steel, berdiameter

2 cm dan panjang 50 cm, berfungsi untuk memperbesar kontak antara bahan dan

pelarut saat ektraksi berlangsung, sehingga proses pengambilan pigmen zat warna

alami berlangsung optimal. Sebagai penggerak dari pengaduk digunakan motor

¼ Hp dengan sistem transmisi pulley.  

 

 

 

Dari hasil pengujian alat ekstraktor-evaporator jika dibandingkan dengan 

alat konvensional menghasilkan konsentrat zat warna alami yang lebih banyak

(6,20 L : 3,03 L), kebutuhan gas LPG lebih sedikit (0,785 kg : 1,080 kg), suhu

operasi lebih stabil (98

0

C : tidak stabil), tekanan lebih tinggi (1,5 bar : 1 bar), dan 




















 

ampas yang tersaring lebih banyak (3,175 kg : 2,710 kg).

Biaya yang dikeluarkan untuk investasi alat ekstraktor-evaporator zat

warna alami sebanyak Rp 6.846.400, dengan rincian pembuatan alat di bengkel

dan ongkos tukang Rp 4.500.000, pembelian motor ¼ Hp Rp 865.000, termometer

Rp 175.000, pressure gauge Rp 45.000, kompor gas Rp 170.000, regulator gas Rp

139.000, LPG 3 kg Rp 130.000, sewa jasa angkut untuk membawa alat Rp

200.000, dan biaya PPN (10%) Rp 622.400. Alat ekstraktor-evaporator zat warna

alami mampu menghasilkan konsentrat sebanyak 18 L/hari.