Pendahuluan. Paska Pandemi COVID-19 dunia kembali dihadapkan pada masalah kesehatan yang tidak kalah kompleks yaitu penyakit tidak menular (PTM) atau Noncommunicable Disease (NCDs). Salah satu PTM yang patut menjadi perhatian adalah Penyakit Ginjal Kronis (PGK). Angka kejadian PGK dengan faktor risiko hipertensi secara global, nasional, dan regional cenderung terus meningkat. WHO memprediksi prevalensi PGK diperkirakan meningkat dari sekitar 425 juta orang pada tahun 2017, menjadi 629 juta orang pada tahun 2045. Secara nasional prevalensi PGK juga terus meningkat dari 0,2 pada tahun 2013, meningkat menjadi 0,38 pada tahun 2018, dan pada tahun 2023 meningkat menjadi 0,4. Secara regional di wilayah Kota Surakarta prevalensi PGK juga cenderung tinggi yaitu pada angka 0,4-0,6. Terapi PGK adalah cuci darah seumur hidup, yang berimplikasi buruk pada kesehatan, sosial, maupun ekonomi. Salah satu faktor risiko utama PGK adalah hipertensi yang tidak dikelola secara tepat. Hipertensi dikenal dengan silent killer karena penderita tidak merasakan adanya gejala penyakit, namun dapat tiba-tiba mengalami komplikasi. Prevensi merupakan langkah tepat untuk menurunkan prevalensi PGK khusunya pada pasien hipertensi. Hipertensi pada umumnya dirawat keluarga di rumah, sehingga Family Centered Care Model yang selama ini lebih banyak diaplikasikan untuk perawatan anak sakit dapat diuji untuk diterapkan pada upaya prevensi PGK dengan pemberdayaan dasa wisma.
Metode. Penelitian bertujuan untuk menganalisis keefektifan penerapan model promosi kesehatan berbasis Family Centered Care melalui pemberdayaan dasa wisma dalam meningkatkan pengetahuan keluarga, sikap keluarga, dukungan keluarga, pengetahuan pasien, sikap pasien, dan perilaku pasien hipertensi dalam upaya prevensi penyakit ginjal kronis (PGK). Desain penelitian adalah Research and Development (R & D) yang terdiri atas tiga tahap. Tahap I (need assesment) merupakan studi kualitatif dengan informan kunci enam pasien PGK, enam keluarga pendamping pasien PGK sebagai informan utama, dan empat informan pendukung yang terdiri atas dua informan dari Dinas Kesehatan Kota Surakarta dan dua kader kesehatan. Data kualitatif diolah dengan analisis tematik menggunakan bantuan program N VIVO-12. Tahap II (developmnent) dimulai dengan identifikasi model, pelatihan kader dasa wisma, dan uji coba model pada kelompok terbatas. Ujicoba pada kelompok terbatas menggunakan metode one group pretest posttest design dilakukan pada 30 pasien hipertensi dan keluarga pendamping pasien yang diambil secara purposive sampling. Data dianalisis menggunakan Wilcoxon Test dengan program SPSS Seri 26. Tahap III uji keefektifan model pada kelompok luas, menggunakan desain Quasy Experimen pretest – posttest control group. Dilakukan pada 396 pasien hipertensi dan keluarga pendamping yang diambil secara multi stage random sampling. Data dianalisis menggunakan uji Mann Whitney dengan bantuan program SPSS Seri 26.0.
Hasil: (1) Hasil need assessment melalui studi kualitatif diperoleh informasi faktor yang menyebabkan pasien hipertensi mengalami PGK adalah karena kurangnya pengetahuan pasien dan keluarga, mispersepsi terhadap obat anti hipertensi, dukungan keluarga kurang, perilaku perawatan hipertensi kurang tepat, belum ada program khusus prevensi PGK dari Dinas Kesehatan, Dasa Wisma belum diberdayakan, sehingga dibutuhkan model pemberdayaan keluarga dan dasa wisma terlatih. (2) Pelatihan kader dasa wisma efektif meningkatkan pengetahuan kader dasa wisma (Pre:67,65±12,2;Post:79,99±14,4;p:0,003) dan keterampilan pendampingan keluarga (Pre:91,35±12,51;Post:98,02±4,45;p:0,024). (3) Ujicoba model FCCM pada kelompok terbatas terbukti efektif meningkatkan pengetahuan keluarga tentang prevensi PGK (Pre:41,78±15,65;Post: 68,67;18,45;p:0,001), sikap keluarga pada upaya prevensi PGK (Pre:43,00±6,12;Post:82,05±10,83;p:0,001), dukungan keluarga (Pre:63,35±14,25;Post:87,42±7,03;p:0,001). FCCM juga terbukti dapat meningkatkan pengetahuan pasien tentang prevensi PGK (Pre:39,99±17,50;Post:73,78±17,93;p:0,001), sikap pasien terhadap upaya prevensi PGK (Pre:66,96±4,33;Post:86,47±7,94;p:0,001), dan perilaku prevensi PGK (Pre: 52,79±9,16; Post:87,59±7,90;p:0,001). (4) Hasil uji keefektifan model pada kelompok luas menunjukkan FCCM terbukti efektif meningkatkan pengetahuan keluarga tentang upaya prevensi PGK (Kontrol:40,93±20,01;Intervensi: 60,44±20,01;p:0,001), sikap keluarga pasien terhadap upaya prevensi PGK (Kontrol:42,51±12,45;Intervensi: 71,15±9,13;p:0,001), dan dukungan keluarga PGK (Kontrol:40,15±12,83;Intervensi:82,79±13,14;p:0,001). FCCM juga terbukti efektif meningkatkan pengetahuan pasien hipertensi tentang upaya prevensi PGK (Kontrol:47,63±19,33;Intervensi:82,28±8,67;p:0,001), sikap pasien (Kontrol: 57,39±10,33; Intervensi:70,30±8,82;p:0,001), dan perilaku prevensi PGK (Kontrol: 64,90±10,88; Intervensi:72,85±11,31;p:0,001), dan (5) Hasil uji kesesuaian model dengan uji regresi menunjukkan tingkat kesesuaian model sangat baik dengan nilai Adjusted R Square 1,000.
Simpulan. Kurangnya pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga serta kurangnya pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien hipertensi menjadi faktor penyebab hipertensi berkembang menjadi PGK. Model FCC melalui pemberdayaan dasa wisma sangat sesuai dan efektif untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan dukungan keluarga, serta pengetahuan, sikap, dan perilaku pasien dalam upaya prevensi PGK
Saran. Kepada seluruh stakeholder bidang kesehatan diharapkan dapat menerapkan Model FCC melalui pemberdayaan dasa wisma sebagai salah satu model promosi kesehatan upaya prevensi PGK. Model ini dapat dintegrasikan dan disinergikan dengan program lain yang sudah ada seperti CERDIK dan PATUH melalui program Integrasi Layanan Primer (ILP)