;
MUHAMMAD FARID S702101005. 2025. Analisis Modal Sosial Kultural
Praktik Revitalisasi Ajaran Sunan Muria di Desa Lau Kabupaten Kudus. Tesis pada Program Studi S2 Kajian Budaya Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sebelas Maret (UNS) Surakarta. 
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis peran modal dalam
praktik sosial yang dilakukan oleh aktor-aktor lokal dalam upaya revitalisasi
ajaran Sunan Muria di Desa Lau, Kabupaten Kudus. Fenomena ini muncul di tengah
realitas dekadensi makna terhadap ajaran tapa ngeli dan pagar mangkuk
Sunan Muria. Ajaran yang dahulu menjadi pedoman kehidupan masyarakat Muria
mulai kehilangan relevansinya akibat modernisasi dan globalisasi yang menggeser
nilai-nilai budaya lokal. Kondisi ini mendorong tokoh-tokoh lokal untuk
melakukan upaya revitalisasi agar ajaran tersebut kembali hidup dan diterapkan
dalam kehidupan sehari-hari.
Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode
pengumpulan data berupa wawancara mendalam, observasi langsung, dan studi
dokumentasi. Sumber data utama berasal dari tokoh-tokoh kunci di kawasan Muria
yang terlibat aktif dalam gerakan revitalisasi ini. Berdasarkan temuan, setiap
aktor mengakumulasi modal sosial, ekonomi, dan budaya yang dimiliki untuk
menciptakan praktik sosial yang efektif dalam arena revitalisasi ajaran di Desa
Lau.
Para aktor memanfaatkan ungkapan-ungkapan tradisional yang
dipercaya berasal dari ajaran Sunan Muria, seperti pagerono omahmu kanthi
mangkok dan ngeli iliring banyu ananging ora keli, sebagai doxa
atau semboyan bersama. Ungkapan ini digunakan untuk menguatkan legitimasi
gerakan mereka di tengah masyarakat. Melalui strategi dominasi simbolik, ajaran
tersebut digali, disebarluaskan, dan dijadikan panduan dalam setiap proses
revitalisasi.
Hasil penelitian menunjukkan keberhasilan aktor sosial di Desa Lau
dalam menjalankan empat fase penting revitalisasi ajaran Sunan Muria, yaitu:
(i) fase penggalian, yang melibatkan penelitian terhadap tradisi dan ajaran
leluhur; (ii) fase rekonstruksi, di mana ajaran-ajaran lama dirancang ulang
agar relevan dengan konteks kekinian; (iii) fase reinterpretasi, yang bertujuan
memberikan makna baru sesuai kebutuhan masyarakat modern; dan (iv) fase
reaktualisasi serta inovasi, di mana ajaran dihidupkan kembali melalui praktik
budaya dan kegiatan sosial yang kreatif.
Penelitian ini menunjukkan bagaimana modal sosial, ekonomi, dan
budaya dapat dimobilisasi untuk membangun praktik sosial yang tidak hanya
melestarikan warisan leluhur tetapi juga relevan dengan perkembangan zaman.
Temuan ini berkontribusi pada literatur mengenai teori praktik sosial Pierre
Bourdieu dan pengelolaan warisan budaya lokal.