Pencemaran
mikroplastik, merupakan salah satu ancaman serius terhadap lingkungan perairan,
termasuk air laut dan air irigasi, yang berdampak negatif pada ekosistem dan
rantai makanan. Pada sektor pertanian mikroplastik yang terdapat pada air
irigasi diduga dapat menghambat serapan nutrisi oleh tanaman. Metode
biodegradasi menggunakan bakteri pendegradasi plastik menjadi salah satu solusi
ramah lingkungan untuk mengatasi permasalahan ini. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis kemampuan beberapa jenis bakteri dalam menurunkan
konsentrasi mikroplastik pada air laut dan air irigasi, mempelajari jenis
mikroplastik yang mudah didegradasi, mengidentifikasi bakteri paling efektif,
serta melihat pengaruh perlakuan terhadap parameter pH, salinitas, dan kadar oksigen
terlarut (DO). Parameter yang diamati adalah: pH (elektrometri), salinitas
(elektrometri), oksigen terlarut (elektrometri), kepadatan populasi bakteri (angka
lempeng total), dan degradasi plastik. Penelitian dilakukan secara eksperimental
dengan rancangan faktorial dengan rancangan dasar Rancangan Acak Lengkap (RAL),
melibatkan tiga faktor: jenis air (air laut dan air irigasi), isolat bakteri
(tanpa isolat bakteri, Bacillus anthracis, Bacillus cereus, dan Luteimonas
sp.), serta jenis plastik (plastik mulsa, plastik polybag, plastik karung
pupuk, dan plastik sedotan), dengan total 64 satuan percobaan.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa semua perlakuan mampu menurunkan bobot
mikroplastik, dengan tingkat degradasi tertinggi pada jenis plastik polybag
sebesar 0,22%, plastik karung pupuk dan plastik sedotan masing-masing 0,21%,
serta plastik mulsa sebesar 0,14?lam waktu 20 hari. Bakteri Bacillus
anthracis menunjukkan efektivitas tertinggi dengan rata-rata degradasi
sebesar 0,3%. Kepadatan populasi bakteri merupakan parameter yang paling
berperan dalam proses degradasi. pH awal masih dalam batas baku mutu, namun
menurun setelah perlakuan, dengan kisaran penurunan 4,15%–18,90% pada air laut
dan 1,17%–16,27% pada air irigasi. Salinitas meningkat pada seluruh perlakuan;
air laut dengan kisaran peningkatan 4,53%-18,79%, dan air irigasi pada kisaran
peningkatan 41,67%-54,17%. Dissolved Oksigen awal sangat rendah, namun setelah
perlakuan Dissolved Oxygen mengalami peningkatan pada kisaran
47,06%-188,24% pada air laut dan pada kisaran 5,71%-240% pada air irigasi,
walau belum mencapai standar baku mutu. Penelitian ini menyimpulkan, metode
biodegradasi menggunakan isolat bakteri efektif menurunkan kandungan
mikroplastik dalam air laut dan air irigasi. Bakteri Bacillus anthracis menjadi
agen paling potensial, dengan jenis plastik polybag paling mudah
terdegradasi. Perlakuan juga berdampak pada kualitas air, meskipun belum
seluruh parameter mencapai standar yang ditetapkan.