Biskuit merupakan suatu camilan yang memiliki banyak variasi mulai dari rasa, bentuk, atau kandungannya. Biskuit memiliki umur simpan yang panjang dan banyak disukai oleh berbagai kalangan konsumen. Biskuit pada umumnya memiliki kandungan gula yang berlebih atau berbahan tepung yang tidak berserat sehingga diperlukan gula aren sebagai pengganti gula pasir karena memiliki indeks glikemik yang lebih rendah dan tepung labu kuning untuk substitusi dengan mengandung kadar serat yang memiliki manfaat bagi tubuh. Penelitian ini berisi tentang proses produksi biskuit menggunakan bahan seperti tepung labu kuning, tepung terigu protein rendah, gula aren, margarin, ekstrak vanilla, garam, telur, dan baking soda. Tahapan proses produksi dimulai dari persiapan alat dan bahan, pengayakan bahan kering, pencampuran bahan basah, pencampuran bahan kering, pencampuran adonan basah dan kering, pemipihan, pencetakan, pemanggangan, pendinginan, dan pengemasan. Penelitian ini menggunakan 3 formulasi dengan perbandingan tepung labu kuning dan tepung terigu protein rendah yaitu F1 (8% : 92%), F2 (16% : 84%), dan F3 (24% : 76%). Didapatkan F2 sebagai formula terbaik menurut 30 panelis. Produk ini memiliki karakteristik kadar air 5,82%; kadar abu 0,01%; kadar lemak 26.96%; kadar karbohidrat 52,19%; kadar protein 8,52%; serat pangan 8,80%; dan energi sebesar 120 kkal. Kemasan produk biskuit menggunakan toples plastik PET dan diberi silica gel sebagai upaya memperpanjang umur simpan. Berdasarkan analisis ekonomi, biskuit layak dengan dijual Harga Pokok Penjualan sebesar Rp27.962 dengan harga jual sebesar Rp 33.000. Produksi biskuit akan mengalami titik impas pada tingkat produksi 367 toples dengan pengembalian modal setelah 16 bulan