Dokumenter
ini mengangkat Praja Mangkunegaran sebagai objek karena perannya yang khas
dalam sejarah Jawa serta relevansinya bagi generasi muda. Tri Dharma dijadikan
pijakan utama dalam memahami filosofi kepemimpinan, kebijakan ekonomi, dan
pelestarian budaya.
Proses
produksi dilakukan melalui tahapan praproduksi, produksi, dan pascaproduksi
dengan pembagian peran: sutradara mengarahkan konsep visual, penulis naskah
menyusun struktur cerita berbasis riset pustaka, observasi, dan wawancara,
sedangkan kru lain mendukung aspek teknis pengambilan gambar dan penyuntingan.
Film berjudul “Cipta, Rasa, Karsa: The Spirit of Mangkunegaran in
Modern Rhythm” menggunakan pendekatan ekspositori yang membagi narasi
menjadi tiga babak: Cipta (fondasi filosofi), Rasa (implementasi
kebijakan), dan Karsa (kelanjutan nilai di era modern).
Kesimpulan
penelitian ini menunjukkan bahwa film dokumenter dapat menjadi media efektif
dalam merepresentasikan sejarah dan budaya melalui audio-visual. Saran
diberikan bagi pembuat film berikutnya agar menekankan riset mendalam,
pemilihan narasumber kompeten, dan keseimbangan visual serta audio agar pesan
lebih akurat dan menarik.