Abstrak


Istilah-istilah sesaji upacara tradisional jamasan pusaka di waduk gajah mungkur Wonogiri (suatu kajian etnolinguistik)


Oleh :
Nanda Fauza - C0105034 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

ABSTRAK Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu: 1) bagaimanakah bentuk istilah yang terdapat dalam upacara tradisional jamasan pusaka di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri?, 2) apakah makna leksikal dan makna gramatikal istilah sesaji upacara tradisional jamasan pusaka di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri?, dan 3) apakah makna kultural istilah sesaji upacara tradisional jamasan pusaka di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri? Tujuan penelitian ini adalah 1) mendeskripsikan bentuk istilah yang terdapat dalam upacara tradisional jamasan pusaka di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, 2) menjelaskan makna leksikal dan makna gramatikal istilah sesaji upacara tradisional jamasan pusaka di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri, dan 3) mengungkapkan makna kultural istilah sesaji upacara tradisional jamasan pusaka di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri. Penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yaitu mendeskripsikan data-data kebahasaan berdasarkan bentuk dan maknanya. Data penelitian ini berupa data lisan dari informan dan data tulis yang berasal dari buku-buku penunjang tentang Jamasan pusaka. Pengumpulan data menggunakan teknik sadap yaitu menyadap informan, teknik rekam, teknik catat, dan teknik pustaka. Analisis data menggunakan metode distribusional yaitu dengan teknik bagi unsur langsung (BUL) dan metode padan untuk mengamati makna istilah-istilah sesaji jamasan pusaka tersebut. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa 1) bentuk istilah sesaji upacara tradisional jamasan pusaka di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri terdapat tiga bentuk yaitu monomorfemis, polimorfemis, dan frasa. Bentuk monomorfemis yang berjumlah 12 yaitu menyan, jadah, krupuk, ingkung, rengginang, tumpeng, panggang, peyek, kolak, serundeng, mihun, dan dhuwit; dan bentuk polimorfemis yang berjumlah 14 yaitu berupa kata jadian/imbuhan berjumlah 2 yaitu lalaban dan gudhangan, kata majemuk yang berjumlah 12 yaitu jenang baro-baro, panjang ilang, gedhang raja, kembang setaman, pala kependhem, tempe kering, jenang sengkala, jajan pasar, sega asahan, sega golong, pencok bakal, dan sambel goreng; sedangkan yang berupa frasa yang berjumlah 6 yaitu sega putih, sega gurih, jenang abang putih, dhele ireng, bacem tempe tahu, dan kinang komplit, 2) Istilah-istilah Sesaji Upacara Tradisional Jamasan Pusaka di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri terdapat makna leksikal dan gramatikal, dan 3) Makna kultural dari istilah-istilah sesaji upacara tradisional jamasan pusaka di Waduk Gajah Mungkur Wonogiri yaitu makna budaya yang dimiliki oleh masyarakat khususnya masyarakat. Makna kultural pada masyarakat Wonogiri dengan dilakukan penjamasan pusaka diharapkan mendapatkan keselamatan, perlindungan, dan ketentraman. Masyarakat Wonogiri percaya bahwa benda-benda pusaka tersebut dianggap mempunyai kekuataan gaib yang akan mendatangkan berkah apabila dirawat dengan cara dibersihkan atau dicuci. Apabila benda pusaka tersebut tidak dirawat maka isi yang ada di dalam (tuah) akan pudar atau akan hilang sama sekali.