Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui interpretasi atlet terhadap
pengalaman subjektif mereka ketika mengalami flinching sebagai gejala
target panik, untuk mengetahui interpretasi atlet terhadap pengalaman
subjektif mereka ketika mengalami snap shooting sebagai gejala target
panik, untuk mengetahui interpretasi atlet terhadap pengalaman subjektif
mereka ketika mengalami freezing sebagai gejala target panik, dan untuk mengetahui interpretasi atlet terhadap pengalaman subjektif mereka ketika
mengalami punching sebagai gejala target panik pada atlet panahan remaja
di Kelas Khusus Olahraga (KKO) Surakarta.
Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif dengan metode Interpretative Phenomenological Analysis
(IPA). Subjek penelitian adalah enam atlet panahan remaja yang tergabung dalam
program KKO Surakarta. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara
mendalam dan dianalisis secara idiografis. Validitas data diperkuat melalui
triangulasi sumber, member checking, dan peer debriefing. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui interpretasi atlet terhadap pengalaman mereka dalam
menghadapi empat gejala target panik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
setiap atlet memiliki pengalaman yang berbeda dalam menghadapi target panik. Flinching
muncul akibat tekanan emosional mendadak, snap shooting terjadi karena
dorongan untuk segera melepaskan anak panah, freezing dipicu oleh rasa
takut gagal, dan punching diakibatkan oleh ketegangan fisik yang tidak
terkendali. Faktor lingkungan seperti tekanan dari pelatih, tuntutan orang tua,
serta dinamika sosial antar sesama atlet turut memengaruhi intensitas dan
persepsi mereka terhadap gejala-gejala tersebut.
Penelitian ini menyimpulkan bahwa
target panik merupakan masalah psikologis yang kompleks, bukan sekadar
kesalahan teknis dalam olahraga panahan. Implikasi dari penelitian ini dapat
dimanfaatkan oleh pelatih, psikolog olahraga, dan institusi pembinaan atlet
untuk mengembangkan program latihan yang mencakup aspek psikologis. Pendekatan
seperti pelatihan mental, manajemen stres, dan intervensi psikologis berbasis
pengalaman subjektif sangat diperlukan untuk membantu atlet remaja dalam
mengatasi target panik secara efektif.