Penelitian ini menjelaskan tentang, pertama, peran kotapraja sebagai pemerintah kota dalam membangun Kota Cirebon tahun 1906-1942. Kedua, menggambarkan dinamika sosial masyarakat perkotaan Cirebon tahun 1906-1942. Ketiga, menjelaskan perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan Cirebon tahun 1906-1942. Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yang meliputi empat tahap, yakni heuristik (pengumpulan data), kritik sumber (verifikasi kebenaran dan keaslian data), interpretasi (analisis data), dan historiografi (penulisan sejarah). Sumber-sumber yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sumber tertulis yang berupa arsip (dokumen pemerintah), surat kabar sezaman, foto, peta dan studi pustaka. Sumber-sumber tersebut diperoleh melalui Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dan situs daring Delpher, Khastara, serta KITLV. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Kota Cirebon secara resmi diangkat menjadi kotapraja (gemeente) pada 1 April 1906. Program-program pembangunan pada saluran pembuangan air limbah pada 1917 dan 1920, pendirian rumah sakit “Oranje” pada 1921, peresmian stasiun Kejaksan dan Parujakan pada 1911, hingga pendirian sekolah MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs) pada 1925 merupakan usaha pemerintah kotapraja dalam mengubah citra Kota Cirebon. Pembangunan ini sejalan dengan meningkatnya arus industrialisasi dan urbanisasi di Kota Cirebon. Banyaknya ketersediaan lapangan pekerjaaan dan kebutuhan tenaga kerja mengakibatkan pertumbuhan penduduk dan heterogenitas sosial masyarakatnya. Heterogenitas sosial ini mendorong terjadinya dinamika sosial yang berimplikasi pada pergeseran nilai, norma, dan orientasi budaya. Hal tersebut berdampak pada perubahan gaya hidup masyarakat perkotaan Cirebon yang dimaknai sebagai lifestyle maupun way of life. Gaya hidup ini tersimbolisasi pada tren menjadi terampil dan pelajar, merawat diri dan lingkungan, bergaya dan berpenampilan, serta cara mereka dalam mengkonsumsi hiburan dan makanan. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terbentuknya pemerintahan Kotapraja Cirebon menghasilkan perubahan pada infrastruktur perkotaan, stuktur sosial, dan gaya hidup masyarakat. Masyarakat Kota Cirebon menjadi lebih terbuka dengan pengetahuan baru dan budaya baru serta memiliki kesadaran yang lebih baik terhadap kondisi lingkungannya.