;
Atlet sprinter dengan disabilitas, khususnya yang mengalami limb deficiency,
memiliki tantangan biomekanik yang berdampak pada performa dan risiko cedera, terutama
pada otot hamstring. Otot ini berperan
penting dalam gerakan sprint dan sering
menjadi sumber cedera berulang. 
Penelitian ini bertujuan untuk: (1)
mengetahui perbedaan kekuatan otot hamstring
pada atlet para-sprinter limb deficiency
dengan sprinter able-bodied, (2) mengetahui perbedaan kekuatan otot hamstring
pada atlet para-sprinter upper limb deficiency dengan para-sprinter lower limb
deficiency, (3) mengetahui perbedaan kekuatan otot hamstring pada atlet
para-sprinter upper limb deficiency dengan sprinter able-bodied, (4) mengetahui
perbedaan kekuatan otot hamstring pada atlet para-sprinter lower limb
deficiency dengan sprinter able-bodied. 
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan
jenis observasional. Sampel terdiri dari 26 atlet yang terbagi menjadi tiga kelompok:
7 atlet upper limb deficiency, 6 atlet
lower limb deficiency, dan 13 atlet able-bodied. Pengukuran kekuatan otot hamstring dilakukan secara isometrik menggunakan
alat Diers Myoline. 
Hasil analisis statistik menunjukkan: (1) perbedaan yang signifikan
pada kekuatan otot hamstring antara kelompok
atlet sprinter able-bodied dan kelompok
para-sprinter limb deficiency (p<0>para-sprinter upper limb deficiency dan lower limb deficiency
(p=1,000), (3) terdapat perbedaan signifikan pada kekuatan otot hamstring
atlet sprinter able-bodied dengan para-sprinter upper limb deficiency
(p<0>hamstring
atlet sprinter able-bodied dengan para-sprinter lower limb deficiency
(p<0>limb deficiency
berdampak signifikan terhadap kekuatan otot hamstring,
sehingga penting untuk melakukan evaluasi kekuatan otot sebagai bagian dari strategi
pencegahan cedera dan penyusunan program latihan yang sesuai bagi para-sprinter.