Abstrak
Analisis usaha penangkapan ikan laut dengan alat tangkap pancing prawai dasar (bottom long line) oleh nelayan dari kabupaten Batang
Oleh :
Uswatun Khasanah - H0306033 - Fak. Pertanian
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya keuntungan,
risiko, efisiensi serta keuntungan dan risiko setelah sistem bagi hasil usaha
penangkapan ikan laut dengan alat tangkap pancing prawai dasar (bottom long
line) oleh nelayan dari Kabupaten Batang.
Metode dasar penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitik.
Penentuan daerah sampel dilakukan secara sengaja purposive. Responden adalah
pemilik kapal (juragan) > 30 GT usaha penangkapan ikan laut yang menggunakan
alat tangkap pancing prawai dasar (bottom long line) di Kabupaten Batang.
Jumlah responden sebanyak 16 orang. Data yang digunakan adalah data primer
dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara, dan pencatatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa biaya total yang dikeluarkan selama
satu trip penangkapan ikan laut adalah sebesar Rp 76.617.779,84. Penerimaan
diperoleh sebesar Rp 138.610.231,25 sehingga keuntungannya sebesar
Rp 61.992.451,41. Besarnya nilai koefisien variasi 0,38 dan nilai batas bawah
keuntungan adalah Rp 15.457.035,38. Usaha penangkapan ikan laut di Kabupaten
Batang yang dijalankan selama ini sudah efisien yang ditunjukkan dengan R/C
rasio lebih dari satu yaitu sebesar 1,81 yang berarti setiap satu rupiah biaya yang
dikeluarkan akan mendapatkan penerimaan sebesar 1,81 kali dari biaya yang
dikeluarkan.
Berdasarkan sistem bagi hasil yang berlaku di daerah penelitian maka
diketahui bahwa juragan memperoleh keuntungan sebesar Rp. 28.835.489,90 per
trip sehingga mempunyai resiko 0,38 dengan nilai batas keuntungan sebesar
Rp. 7.187.521,45. ABK memperoleh keuntungan sebesar Rp. 1.437.836,29 per
trip sehingga mempunyai resiko 0,43 dengan nilai batas keuntungan sebesar
Rp. 187.980,98. Nahkoda memperoleh keuntungan sebesar Rp. 4.537.458,86 per
trip sehingga mempunyai resiko 0,26 dengan nilai batas keuntungan sebesar
Rp. 2.210.688,06. Motoris memperoleh keuntungan sebesar Rp. 2.057.760,81 per
trip sehingga mempunyai resiko 0,25 dengan nilai batas keuntungan sebesar
Rp. 454.149,00.
Saran yang dapat diberikan adalah pemilihan pembeli yang lebih selektif,
pemberian imbalan kepada ABK ,pemberian subsidi bahan bakar solar serta
pengedaran ramalan cuaca dan iklim.
ABTRAC
SUMMARY
The purpose of this research are to find out the profit, risk, efficiency, and
the profit and the risk of the profit sharing system from the fish fishing business
with bottom long line by the fishermen of Batang Regency.
The basic method of this research is analytical descriptive method. The act
of determining sample area is intentional purposive. Respondent is the ship owner
> 30 GT of sea fish fishing business with bottom long line in Batang Regency.
There are 16 respondents. The data used by is data of primary and secondary data.
The technical data collection is done by observation, interviewing, and recording.
This research shows that the total cost for one fishing trip is Rp. 76,617,779.84.
The total revenue is Rp. 138,610,231.25 so the profit is Rp. 61,992,451.41. The
value of coefficient variants is 0.38 and the profit limitation is Rp. 15,457,035.38.
The sea fish fishing business in Batang Regency efficient enough which is showed
R/C the ratio is more than one that is 1.81. It means every one rupiah cost will get
profit 1.81 times of cost.
According to profit sharing system that apply in research area, the ship
owner get profit Rp. 28,835,489.90 per trip so that have risk 0.38 with profit
limitation Rp. 7,187,521.45. The ship crew get profit Rp. 1,437,836.29 per trip so
that have risk 0,43 with profit limitation Rp. 187.980,98. The ship driver get profit
Rp. 4,537,458.86 per trip so that have risk 0.26 with profit limitation
Rp. 2,210,688.06. The engineer get profit Rp. 2,057,760.81 per trip so that have
risk 0.25 with profit limitation Rp. 454,149.00.
The suggestions are choose buyer more selective, retain gift to ship crew,
subsidized diesel fuel, modulated weather forecast.