Abstrak


Karakteristik cara berpikir matematika siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) menurut De Porter dan Hernacki pada materi bentuk akar dan pangkat pecahan (penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Nguter tahun ajaran 2009/2010)


Oleh :
Astri Nia Santi - K1305004 - Fak. KIP

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik cara berpikir matematika siswa Sekolah Menengah Atas dalam mempelajari materi bentuk akar dan pangkat pecahan serta mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik cara berpikir matematika siswa Sekolah Menengah Atas dalam mempelajari materi bentuk akar dan pangkat pecahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian dilakukan di SMA Negeri 1 Nguter Tahun Ajaran 2009/2010 pada kelas X 3. Sumber data pada penelitian ini diperoleh dari hasil kegiatan observasi, tes siswa dan wawancara. Sampel penelitian diambil dengan teknik purposive sampling (sample bertujuan) sebanyak 5 orang siswa. Validasi data dilakukan dengan triangulasi data. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan/ verifikasi data. Jawaban siswa pada hasil tes dianalisis dan dibandingkan dengan karakteristik cara berpikir matematika siswa menurut De Porter dan Hernacki. Kegiatan observasi dan wawancara bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik cara berpikir matematika siswa. Dari hasil analisis data hasil tes diperoleh bahwa karakteristik cara berpikir matematika siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Nguter kelas X 3 dalam mempelajari bentuk akar dan pangkat pecahan menurut De Porter dan Hernacki lebih dominan pada Sekuensial Konkret (SK) yang ditunjukkan dengan proses informasi yang teratur, linier dan sekuensial atau menghubung-hubungkan, belajar lebih berpusat pada catatan dan penyelesaian soal yang bertahap. karakteristik cara berpikir matematika siswa Sekolah Menengah Atas dipengaruhi oleh target awal yang ingin dicapai oleh guru dalam proses pembelajaran, metode mengajar, buku acuan belajar matematika yang digunakan, siswa tidak memiliki jam khusus belajar matematika dan tidak adanya kemauan siswa untuk berusaha berpikir sendiri tanpa bertanya kepada orang lain.