Abstrak


Tinjauan kritik sastra feminis dalam novel Mimi lan Mintuno karya Remy Sylado


Oleh :
Nina Kusuma Dewi - C0203042 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

ABSTRAK Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, yaitu (1) bagaimana citra tokoh Indayati yang dilihat dari aspek fisik, aspek psikis, dan sebagai makhluk sosial? (2) Bagaimana identifikasi tokoh profeminis dan tokoh kontrafeminis dalam novel Mimi lan Mintuno? (3) Sikap pengarang dalam merepresentasikan feminisme melalui novel Mimi lan Mintuno? Adapun tujuan dalam penelitian ini, yaitu (1) mendeskripsikan citra tokoh Indayati, yang dilihat dari citra fisik, citra psikis, dan citra sosial. (2) Mendeskripsikan tokoh profeminis dan tokoh kontra feminis dalam novel Mimi lan Mintuno. (3) Mendeskripsikan sikap pengarang dalam merepresentasikan feminisme melalui novel Mimi lan Mintuno. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Data penelitian ini merupakan data deskriptif yang berupa kata-kata, frase, klausa, ataupun kalimat, dalam bentuk pikiran, ungkapan, dan dialog antar tokoh. Data diperoleh dengan menggunakan teknik studi pustaka. Teknik analisis dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Dari analisis ini dapat disimpulkan beberapa hal: (1) citra Indayati sebagai makhluk individu terdiri dari aspek fisik dan aspek psikis. Secara fisik Indayati digambarkan sebagai perempuan yang cantik serta dikaruniai tubuh yang proporsional. Selanjutnya, dari aspek psikis Indayati merupakan sosok perempuan yang penyabar, mandiri, tegar, dan optimis. Citra Indayati sebagai makhuk sosial dilihat melalui peran dan kedudukannya sebagai seorang istri dan ibu. Indayati hidup dalam masyarakat Jawa yang menganut garis keturunan patrilineal sehingga dalam budaya masyarakatnya, perempuan di pandang menempati kedudukan yang inferior atau lebih rendah daripada laki-laki. Dalam lingkungan sosial, Indayati cenderung menganggap bahwa perempuan sudah sewajarnya hidup terbatas dalam lingkungan rumah tangga dengan tugas utama mengurus suami dan anak. Keputusan Indayati yang memilih mengakhiri rumah tangga, menunjukkan bahwa dia merupakan sosok perempuan yang memperjuangkan hak-haknya sebagai manusia. Indayati tidak ingin terbelenggu dalam rumah tangga yang selalu membuatnya tersiksa secara lahir maupun batin. Keputusan tersebut merupakan wujud pemberontakan diri dan perjuangan seorang perempuan untuk mendapatkan keadilan. Berkat ketegaran dan sikap optimis dalam menentukan pilihan hidup, Indayati akhirnya berhasil keluar sebagai “pemenang” (dari situasi yang berat). (2) Tokoh profeminis adalah tokoh yang memiliki hubungan dengan kemunculan ide-ide feminis. Dalam novel Mimi lan Mintuno dengan kriteria-kriteria feminis yang ditampilkan di antaranya, sosok yang perempuan optimis, berani mandiri, kuat, tegar dalam menghadapi cobaan hidup, dan mampu memperjuangkan hak dan kepentingannya sebagai perempuan. Tokoh-tokoh yang termasuk profeminis di antaranya, Indayati dan Listuhayuningsih atau Bulik Ning. Di sisi lain tokoh kontrafeminis menampilkan tokoh yang melakukan ketidakadilan terhadap perempuan, seperti penindasan, stereotype, subordinasi, dan kekerasan, di antaranya, Petruk, Sean PV, Kiki Wigagu, dan Dul Dower. (3) Di dalam memaparkan ide-ide dan gagasannya, seorang penulis tidak dapat lepas dari kondisi sosial, budaya, dan lingkungan masyarakatnya. Remy Sylado yang sangat lekat dengan budaya Jawa, secara tidak langsung membawa pengaruh tradisi tersebut terhadap karyanya novel Mimi lan Mintuno. Di dalam novel Mimi lan Mintuno Indayati mengalami berbagai ketidakadilan gender, seperti (1) stereotipe atau citra buruk terhadap perempuan, (2) subordinasi atau penomorduaan, dan (3) kekerasan terhadap perempuan. Melalui novel Mimi lan Mintuno Remy Sylado telah berhasil mengkritik kultur budaya Jawa yang cenderung menginterpretasikan laki-laki sebagai pemimpin sehingga mengharuskan perempuan atau isteri patuh kepada suami. Indayati merupakan tokoh yang digambarkan Remy Sylado sebagai sosok perempuan yang memperjuangkan hak dan kebebasannya sebagai manusia. Keputusan Indayati meninggalkan suami yang sering berbuat semena-mena terhadapnya menjadi cerminan bahwa Remy Sylado mendukung kesederajatan antara laki-laki dan perempuan dalam rumah tangga. Tokoh Siti Anastasia yang digambarkan Remy Sylado sebagai polwan yang mendapatkan gelar juara dalam Perbakin menunjukkan bahwa Remy Sylado menentang tradisi Jawa yang membatasi perempuan dengan nilai-nilai kepatuhan (pasrah) dan ketaatan (nrimo). Nilai-nilai tersebut justru akan membuat perempuan tampak tidak berdaya karena akan dipandang sebagai sosok yang lemah.