Abstrak
Analisis realisasi diri dan aktualisasi diri dalam mistisisme Jawa (studi kasus pengalaman mistik pangestu melalui pendekatan psikologi analitik dan humanistik)
Oleh :
Ganis Yunita Wulandari - G0105003 - Fak. Kedokteran
ABSTRAK
Mistik merupakan sikap untuk membuka misteri pengetahuan keilahian
sehingga membawa kesadaran kepada Tuhan. Secara umum mistisisme
kontemporer Jawa disebut kebatinan. Salah satu organisasi kebatinan terbesar di
Jawa adalah Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu). Tradisi mistik pangestu pada
dasarnya bertujuan untuk merasakan penyatuan pada yang transenden. Penyatuan
ini adalah pengalaman mistik yang ditandai dengan hilangnya batas antara subyek
dan obyek. Pengalaman mistik ini dapat membawa individu pada perkembangan
kepribadian menuju psychological strength dan well-being. Jung dalam psikologi
analitik menyebut tujuan akhir perkembangan kepribadian manusia ini dengan
realisasi diri dan Maslow menyebutnya dengan aktualisasi diri. Karena itulah,
studi kualitatif tentang pengalaman mistik melalui pendekatan psikologi analitisk
dan humanistik dilakukan berdasarkan pada tradisi mistik Jawa yang sampai
sekarang masih terjaga eksistensinya untuk mencapai kesejahteraan psikologis
dan kesehatan mental.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang pengalaman mistik
penganut pangestu, proses pencapaian realisasi diri menurut teori analitik Jung
dan aktualisasi diri menurut teori humanistik Maslow, serta ketekaitan antara
aktualisasi diri Maslow dan realisasi diri Jung dalam pengalaman mistik.
Penelitian ini dilakukan dengan rancangan studi kasus pada pengalaman
mistik penganut pangestu. Data diperoleh dari wawancara, observasi, dan kitab
serta buku-buku tentang ajaran pangestu. Data dianalisis dengan model analisis
data interaktif Miles dan Huberman.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada tiga tahapan keadaan
dalam pengalaman mistik dan pencapaian watak budi luhur sebagai tujuan dari
semua penganut Pangestu. Individu akan mengalami keadaan heneng, hening, dan
luyut selama ritual mistik berlangsung. Pada keadaan luyut individu akan
merasakan manunggaling kawula gusti. Realisasi diri Jung dan aktualisasi diri
Maslow dalam ajaran pangestu tampak pada pribadi yang berbudi luhur. Watak
budi luhur inilah yang menjadi tujuan dari penghayatan ajaran pangestu.
Sempurnanya ajaran dalam pembentukan watak budi luhur tergantung pada
sempurnanya ritual panembah sebagai suatu cara menyembah Tuhan, saat dimana
pengalaman mistik umat pangestu terjadi.
ABSTRACT
Mystical is to unlock the mystery of his divine knowledge so as to bring
awareness to the God. In Java, the mystical tradition flourished in Javanism. In
general, contemporary Javanese mysticism called kebatinan. One of the largest
organizations in the Javanese mysticism is Paguyuban Ngesti Tunggal (Pangestu).
Pangestu mystical tradition is basically aimed at the unification transenden
feeling. This unification is mystical experience is a marked by obstruction
boundary between subject and object. This mystical experience can bring to the
development of individual personality to the psychological strength and wellbeing.
Jung's analytic psychology calls the ultimate goal of human personality
with Maslow's self-realization and self-actualization call it. Therefore, a
qualitative study of mystical experiences through an analytical approach and the
humanistic psychology is based on the Javanese mystical tradition that is still
maintained its existence to achieve psychological well-being and mental health.
The aim of this research is to describe the mystical experience pangestu
adherents, the process of achieving self-realization according to Jung's analytic
theory and self-actualization according to Maslow's humanistic theory, and the
relationship between Maslow's self actualization and realization of self from
Jung’s theory in mystical experiences.
This research was conducted with a design case study on mystical
experiences pangestu adherents. Data obtained from interviews, observations, and
books about theory of pangestu. Data were analyzed with an interactive data
analysis model’s Miles and Huberman.
The result of this study indicate that there are three stages in a state of
mystical experience and achievement of nobility of a character as the goal of all
pangestu adherents. During the ritual take place, each of individual will
experiences of condition such as heneng, hening, and the last is luyut. In luyut
condition each of individual will fell the manunggaling kawula gusti. Jung’s self
realization and maslow’s self actualization in pangestu theory appear to virtuous
person. Nobility of character that is the purpose of pangestu theory. Perfect
teaching in nobility of character formation depends on the perfect panembah ritual
as a way to adore God, moment where mystical experience in which members of
pangestu happened.