Abstrak
Konstruksi fenomena terorisme dalam pemberitaan media (studi konstruksi fenomena terorisme dalam pemberitaan harian Suara Merdeka periode 18 Juli 2009-16 Agustus 2009 dengan pendekatan wacana)
Oleh :
Azizah Fibriana - D0205005 - Fak. ISIP
ABSTRAK Peristiwa ledakan bom yang terjadi di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot kawasan Mega Kuningan, Jakarta pada tanggal 17 Juli 2009 mengejutkan banyak pihak, baik masyarakat Indonesia maupun dunia. Beragam media massa, termasuk Harian Suara Merdeka berupaya meliput dan menyajikan peristiwa tersebut dalam pemberitaannya. Satu hal yang nampak jelas dalam pemberitaan media adalah munculnya wacana terorisme dalam setiap berita mengenai ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot. Kata terorisme senantiasa disebut-sebut media pasca ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan Hotel JW Marriot. Pemberitaan tersebut merupakan salah satu upaya media dalam mengkonstruksi terorisme dan mempengaruhi opini masyarakat. Karena berita pada hakekatnya tidak identik dengan fakta peristiwa, melainkan sebuah upaya untuk merekonstruksi fakta dalam kerangka inti peristiwa.
Untuk itu, penelitian ini bermaksud mengetahui dan bagaimana konstruksi fenomena terorisme pada pemberitaan Suara Merdeka tentang peristiwa ledakan bom di Hotel Ritz Carlton dan JW Marriot. Kajian difokuskan pada teks berita headline di Harian Suara Merdeka periode 18 Juli 2009-16 Agustus 2009. Teks berita headline dipilih dengan pertimbangan berita tersebut lebih dipentingkan oleh media dengan ditempatkan di halaman pertama dan penonjolan-penonjolan tertentu, seperti grafis dibandingkan dengan berita lainnya.
Penelitian ini termasuk studi kualitatif menggunakan analisis wacana pada level teks yang dikembangkan Teun van Dijk. Dengan analisis teks, peneliti akan melihat bagaimana elemen-elemen tematik, skematik, semantik, sintaksis, stilistik, dan retoris digunakan oleh media untuk mengkonstruksikan wacana terorisme lewat teks-teks berita headline dalam Harian Suara Merdeka.
Penelitian ini menghasilkan sejumlah kesimpulan. Pertama, sejak awal peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton diberitakan sebagai aksi terorisme. Kedua, dalam pemberitaan tersebut Suara Merdeka mendefinisikan dan menggambarkan terorisme sebagai tindakan kriminal luar biasa yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan teknik-teknik yang destruktif, misalnya pengeboman pada lokasi-lokasi yang dianggap sebagai simbolisasi dari musuh—dalam hal ini adalah hotel yang merupakan fasilitas umum—serta bertujuan menimbulkan kekacauan dan ketakutan dalam masyarakat. Ketiga, Wacana terorisme berkembang menjadi wacana terorisme stigmatis idelogis ketika Suara Merdeka mengaitkan aksi pelaku teror dengan latar belakang ideologi tertentu (khususnya Islam). Keempat, Suara Merdeka cenderung mengkonstruksikan polisi secara positif. Polisi digambarkan serius, berhati-hati, dan berhasil dalam menangani peristiwa pengeboman dan terorisme tersebut.
ABSTRACT A bomb attack at JW Marriot and Ritz Carlton Hotel, Mega Kuningan site, Jakarta has surprised many people. Mass media include Suara Merdeka report the attack and present it in their edition. One obvious that appears in the reports is the discourse of terrorism. The term of “terrorism” is always strengthening in the report. Actually, the report is a way for mass media to construct terrorism and manipulate public opinion because news actually is not identical to the fact. It is just a way to reconstruct the fact.
Therefore, this research is aimed at knowing how the construction of terrorism phenomenon in Suara Merdeka report about the bomb attacks at JW Marriot and Ritz Carlton Hotel. The analysis is focused on headline news in Sara Merdeka period of July 18th 2009-August 16th 2009. The headline news is chosen because it is the main news of edition that is placed on the first page with particular graphics.
This research was a qualitative research that used a discourse analysis on text level developed by Teun van Dijk. The discourse analysis was used to find out how the elements of discourse such as thematic, schematics, semantics, syntactic, stylistics, and rhetoric were used by Suara Merdeka to construct the discourse of terrorism in its headline.
From the research, it is found that first, since the first report of the bomb attack Suara Merdeka has constructed it as a criminal act of terrorism. Second, on that reporting, Suara Merdeka defined and described “terrorism” as an unusual criminal act by a group that uses destructive technique like bomb attack the locations target which is considered as a symbolic of enemy (in this case, the hotel is a public facility) and is purposed to make chaos and fear. Third, Suara Merdeka develops the issue as the discourse of terrorism with ideological stigmatic. Suara Merdeka relates the act of terrorism with the ideological background of the actor, like their religion (especially Islam). Fourth, Suara Merdeka has tends to construct the police positively. They are described to be serious, careful, and successful in handling the case of terrorism.