Abstrak
Pengaruh tingkat penggunaan ampas tebu fermentasi dalam ransum terhadap performan domba lokal jantan
Oleh :
M. Febri Hasan Basri - H0504062 - Fak. Pertanian
RINGKASAN
Permintaan terhadap daging, terutama daging domba mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut disebabkan oleh laju pertambahan penduduk yang semakin meningkat serta kesadaran gizi masyarakat yang terus membaik. Sebagian besar ternak domba di Indonesia dipelihara oleh peternak di pedesaan. Sistem pemeliharaaan yang dilakukan adalah sistem tradisional dimana pemberian pakannya tergantung pada tanaman hijauan pakan ternak yang tersedia. Ketersediaan hijauan khususnya hijauan unggul yang berupa rumput raja semakin sulit dan memerlukan lahan untuk budidaya. Maka perlu dicari bahan pakan alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi kendala ini. Bahan pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ampas tebu fermentasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan ampas tebu fermentasi dalam ransum terhadap performan domba lokal jantan dan mengetahui tingkat penggunaan ampas tebu ( bagasse ) fermentasi dalam ransum domba lokal jantan yang optimal. Konsentrat yang digunakan yaitu konsentrat komersial DC 133. Penelitian dilaksanakan selama 14 minggu mulai tanggal 19 November 2008 – 13 Januari 2009, bertempat di kandang domba Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta yang berlokasi di Jatikuwung, Gondangrejo, Karanganyar. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap pola searah. Materi yang digunakan adalah domba lokal jantan sebanyak 12 ekor dengan bobot badan rata-rata 15,23+0,68 kg dibagi dalam empat macam perlakuan dan tiga ulangan, setiap ulangan terdiri dari satu ekor domba.
Ransum yang diberikan berupa hijauan rumput raja, ampas tebu fermentasi ( bagasse ) dan konsentrat DC 133. Perlakuan yang diberikan masing-masing adalah P0 ( konsentrat 30% + rumput Raja 70%), P1 (konsentrat 30% + Ampas tebu fermentasi 5% + rumput Raja 65% ), P2 (konsentrat 30% + Ampas tebu fermentasi 10% + rumput Raja 60% ) , P3 ( konsentrat 30% + Ampas tebu fermentasi 15% + rumput Raja 55% ). Parameter yang diamati meliputi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian (PBBH), konversi pakan dan feed cost per gain.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata dari keempat macam perlakuan yaitu P0, P1, P2 dan P3 berturut-turut untuk konsumsi pakan 682,98 ; 715,70 ; 656,94 ; dan 650,43 gram/ekor/hari, pertambahan bobot badan harian 55,95 ; 57,14 ; 49,40 ; dan 47,02 gram/ekor/hari, konversi pakan 12,36 ; 12,54 ; 13,57 ; dan 13,84 dan feed cost per gain Rp. 19890,87/kg ; Rp. 19304,21/kg ; Rp. 19960,56/kg ; dan Rp. 19395,90/kg. Hasil analisis variansi untuk konsumsi dan konversi pakan dan analisis kovariansi untuk pertambahan bobot badan harian dari keempat macam perlakuan masing-masing adalah berbeda tidak nyata ( P > 0.05 ). Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa penggunaan ampas tebu fermentasi pada taraf 5 % dalam ransum menghasilkan nilai feed cost per gain paling rendah, yaitu sebesar Rp. 19304,21/kg.
Dapat disimpulkan bahwa Penggunaan ampas tebu fermentasi sampai taraf 15 % dapat digunakan sebagai bahan pakan sumber serat kasar domba lokal jantan yang dipelihara selama penelitian. Biaya paling rendah didapatkan pada penggunaan ampas tebu fermentasi dalam ransum sampai taraf 5 %.
Kata kunci: domba lokal jantan, ampas tebu fermentasi, performan.
SUMMARY
The demand of meat, especially mutton was increase. That increased caused by the rate of population was increase and also the nutrient awareness of society that keep become better. The most of sheeps in Indonesia raised by farmers at the rural. The care system was used traditional where the feed gift depended on forages availability. The forages availability especially king grass more and more difficult to got and it was need tune to cultivate it. So that it needed to looking for alternative feed stuff that could be used to overcome this situation. The feed stuff utility in this research is fermented bagasse.
This research aimed to find out about the influence of fermented bagasse utility in ration on male local sheeps performance and to know the optimal level of it. The concentrate were used is DC 133 comercial concentrate. This research was executed during 14 weeks started at November 19th, 2008 until January 13th, 2009 at the sheep house of Animal Husbandry Department, Agriculture Faculty, Sebelas Maret University that located at Jatikuwung Village, Gondangrejo District, Karanganyar Regency. The research did by experimental with Completely Randomized Design one way classification. The material were used are 12 male local sheeps with average body weight 15,23 ± 0,68 kg. There are divided in to four treatments and three replications, and each replication was consist of one sheep.
Ration were given is forages as king grass, fermented bagasse and DC 133 concentrate. The treatments were given are P0 (concentrate 30% + king grass 70%), P1 (concentrate 30% + fermented bagasse 5% + king grass 65%), P2 (concentrate 30% + fermented bagasse 10% + king grass 60%), and P3 (concentrate 30% + fermented bagasse 15% + king grass 55%). The parameters were observed are feed intake, average daily gain, feed conversion and feed cost per gain.
The result of this research showed that the average of P0, P1, P2, and P3 successively for the feed intake are 682,98; 715,70; 656,94 and 650,43 gram/head/day, average daily gain are 55,95; 57,14; 49,4 and 47,02 gram/head/day, feed conversion are 12,36; 12,54; 13,57 and 13,84 and feed cost per gain are Rp 19890,87/kg; Rp 19304,21/kg; Rp 19960,56/kg and Rp 19395,90/kg. The variance analysis results for feed intake and feed convertion and covariance analsis for average daily gain from the four kinds of treatment respectively were non significant. The descriptive analysis result indicate that fermented bagasse utility until level 5 % in ration yield value of lowest feed cost per gain, that is equal to Rp. 19304,21/kg.
It could be concluded that fermented bagasse utility until level of 15% in ration can be used as crude fibre feed stuff of male local sheeps that had been raised during the research. The Lowest expense got fermented bagasse utility in ration until level 5 %.
Keywords: male local sheeps, fermented bagasse, performance.