Abstrak
Analisis break even point (BEP) komoditas minyak pala di PT. Perkebunan Nusantara IX (persero) Kebun Ngobo Semarang tahun 2004-2008
Oleh :
Erna Oktavianingsih - H0306015 - Fak. Pertanian
Salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai prospek menjanjikan di pasar internasional yaitu tanaman pala. Hal ini dikarenakan tanaman pala dapat menghasilkan produk hasil sulingan yang berupa minyak pala yang merupakan minyak atsiri. Minyak pala dikenal pula dengan nama oleum myristicae, oleum myrist atau minyak miristica. PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang membudidayakan beberapa komoditas perkebunan, diantaranya yaitu kopi, karet, teh, pala, dan kakao.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menghitung besarnya produksi dan penerimaan dari komoditas minyak pala di PT. Perkebunan Nusantara IX Semarang dalam keadaan Break Even Point (BEP). Selain itu bertujuan untuk mengkaji sensitivitas BEP terkait dengan keuntungan jika terjadi perubahan kenaikan atau penurunan volume produksi, biaya produksi, dan harga jual.
Metode dasar penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Metode pengambilan lokasi penelitian dilakukan secara purposive/sengaja sesuai dengan tujuan penelitian yaitu di PT. Perkebunan Nasional IX (Persero) Kebun Ngobo Semarang khususnya pada Afdeling Gebugan dengan pertimbangan bahwa perusahaan tersebut adalah satu-satunya produsen minyak pala di Jawa Tengah. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Data yang digunakan utamanya adalah data produksi dan data biaya pada tahun 2004-2008. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dan pencatatan.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Jumlah produksi dan penerimaan dari usaha minyak pala di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo selama tahun 2004-2008 telah melampaui titik break even/titik impas dan memperoleh keuntungan. Jumlah produksi pada kondisi impas pada tahun 2004 sampai 2008 secara berturut-turut yaitu 3.045 kg; 4.057 kg; 4.113 kg; 3.549 kg; dan 2.081 kg. Sedangkan besarnya penerimaan pada kondisi impas pada tahun 2004 sampai 2008 secara berturut-turut yaitu Rp 738.322.332,00; Rp 951.438.557,00; Rp 958.647.596,00; Rp 834.010.204,00; dan Rp 840.652.212,00.
Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan terhadap perubahan yang terjadi atas kenaikan atau penurunan variable-variabel penting. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan produksi 4,81% dan 32,88%, kenaikan biaya 13,09% dan 25,02% serta penurunan harga 0,61% dan 3,30%, PT. Perkebunan Nusantara IX Kebun Ngobo masih mampu melampaui titik break even point dan mendapatkan keuntungan dari usaha minyak pala. Sedangkan penurunan produksi 34%, peningkatan biaya 96%, dan penurunan harga 33,4% akan mengubah kondisi perusahaan yang awalnya telah melampaui titik BEP menjadi tidak melampaui titik BEP dan harus menanggung kerugian.
Dari penelitian ini dapat disarankan sebagai berikut : (1) perlu adanya peningkatan kegiatan pemeliharaan tanaman yang berupa penyiangan, pemupukan, dan pemberantasan hama penyakit. (2) perlu adanya kegiatan peremajaan untuk menggantikan tanaman pala yang sudah tidak produktif dengan tanaman baru yang dilakukan secara bertahap disesuaikan dengan kondisi tanaman. (3) perlu adanya penanganan/perhatian yang serius dalam usaha pengolahan minyak pala terutama dalam proses pengeringan untuk mengatasi masalah banyaknya biji pala yang berjamur. (4) perlu penanganan yang lebih serius oleh pihak perusahaan dalam mengembangkan usaha sirup pala dengan pertimbangan bahwa sirup pala tersebut berkhasiat bagi kesehatan, diantaranya yaitu memperlancar sistem pencernaan dan mengatasi gangguan insomnia (susah tidur). Selain itu, sirup pala memiliki nilai ekonomis yang tinggi jika dibandingkan hanya dijadikan sebagai pupuk kompos.