Abstrak
Perananan laksamana Cheng Ho dalam penyebaran agama Islam di Jawa pada abad ke-15
Oleh :
Tulus Sardoyo - K4404053 - Fak. KIP
The research objective is to (1) To know the social and political situation in Java in the 15th century. (2) To know the social background of Cheng Ho. (3). To find out Admiral Cheng Ho role in the spread of Islam in Java in the 15th century.
In accordance with the above objectives, the study uses the historical method or methods of history. Historical method is the process of analyzing and critically examine the legacy of the past and try to reconstruct the return based on data obtained so as to produce a credible historiography truth. Source of data used are secondary sources because of the limitations of language and the difficulty in ketemukan primary sources. Secondary sources were written in the form of books that has relevance to the title of the study. Data collection techniques used is literature study of the data obtained by reading books, newsletters, magazines and other literature.
Based on the research results can be concluded: (1) in the early 15th century Majapahit power began to weaken after the death of King Hayam Wuruk and the divisions and wars among kings family in a power struggle that had the collapse in the year 1478 AD (2) Cheng Ho was born in Hong Wu to-4, or 1371 at the Kun-which, Yunnan province. Zheng Hui was of the tribe, which is one of ethnic minorities in China which is identical with the Muslims. Cheng Ho was the third child of the couple Ma Hazhi (Haji Muhammad) and Wen. Cheng Ho's father named Ma Haji (1344-1382 AD) and his mother was Oen. Admiral Cheng Ho was elected Emperor Zhu Di to lead the voyage to the ocean west (3) In addition to introducing the culture Tionghoa and trade, Cheng Ho was doing introducing Islam. Admiral Cheng Ho's role in the spread of Islam in Java in the 15th century look of harmony in Javanese society is characterized by acculturation between the values of China, Java, and Islam in harmony, this is evidenced by the "Sino-Javanese Muslim Cultures "in Java that runs from Banten, Jakarta, Cirebon, Semarang, Demak, Jepara, Lasem until Gresik and Surabaya. Sino-Javanese form of Muslim Cultures is not only apparent in the various buildings of worship of Islam which show the elements of Java, Islam, China but also a variety of art or literature (batik, sculpture) and other cultural elements, one of the mosque building a pagoda shaped temple named Sam Po Kong, who formerly used by Muslims to worship (now used for Hindu pray).
From the above conclusions it appears the implications are: (1) Islam is the religion of a rational and universal. In introducing Islam to the local population, Cheng Ho did not impose his will, even Zheng He really appreciate and respect other religious beliefs of local residents. Islam never force people to embrace Islam, because Islam is a grace / guidance from the Lord (2) As a Muslim, Zheng He is always taking the time to spread the Islamic religion on every visit to the various regions and countries through with trade. As a result of the encounter of Cheng Ho and other Islamic Tionghoa with Java and then there was a Sino-Javanese Muslims. Sino-Javanese form of Muslim Cultures was not just appear in a variety of buildings such as mosques of Islamic worship, which shows the elements of Java, Islam, and Tionghoa but also various other art of sastra (3) A lot of obstacles in research on the role of Admiral Cheng Ho in the spreading of Islam in Java in the 15th abd them at this stage of data collection, researchers have had difficulty dala primary sources. This is because the place to get away and the language used in the primary sources. Primary sources relevant to the issues under study are not present in the country but abroad and the language used by the local language.
Tujuan penelitian adalah (1) Untuk mengetahui keadaan sosial dan politik di Jawa pada abad ke-15. (2) Untuk mengetahui latar belakang sosial Cheng Ho. (3). Untuk mengetahui peranan Laksamana Cheng Ho dalam penyebaran agama Islam di Jawa pada abad ke-15.
Sesuai dengan tujuan di atas, maka penelitian ini menggunakan metode historis atau metode sejarah. Metode sejarah adalah proses menganalisis dan menguji secara kritis peninggalan masa lampau dan berusaha merekonstruksikan kembali berdasarkan data yang diperoleh sehingga dapat menghasilkan historiografi yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Sumber data yang digunakan adalah sumber sekunder dikarenakan keterbatasan bahasa dan sulitnya di ketemukan sumber primer. Sumber tertulis sekunder itu berupa buku-buku yang mempunyai relevansi dengan judul penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi pustaka yaitu memperoleh data dengan cara membaca buku-buku , buletin, majalah dan literatur-literatur lainnya.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) pada awal abad ke-15 kekuasaan Kerajaan Majapahit mulai melemah setelah wafatnya raja Hayam Wuruk serta terjadinya perpecahan dan perang di kalangan keluarga raja-raja dalam perebutan kekuasaan hingga mengalami keruntuhan pada tahun 1478 Masehi (2) Cheng Ho lahir pada tahun Hong Wu ke- 4, atau 1371 di daerah Kun-yang, provinsi Yunnan. Cheng Ho berasal dari suku Hui, yaitu salah satu etnis minoritas di Tiongkok yang identik dengan muslim. Cheng Ho adalah anak ketiga dari pasangan Ma Hazhi (Haji Muhammad) dan Wen. Ayah Cheng Ho bernama Ma Haji ( 1344-1382 M) dan ibunya bernama Oen. Cheng Ho adalah Laksamana yang dipilih Kaisar Zhu Di untuk memimpin pelayaran ke samudera Barat (3) Selain untuk memperkenalkan budaya Tionghoa dan berniaga, Cheng Ho juga melakukan syiar agama Islam. Peranan Laksamana Cheng Ho dalam penyebaran agama Islam di Jawa pada abad ke-15 terlihat adanya keharmonisan di tengah masyarakat Jawa yang ditandai dengan akulturasi antara nilai-nilai Tiongkok, Jawa, dan Islam secara harmonis, hal ini terbukti dengan terjadinya “Sino-Javanese Muslim Cultures” di Jawa yang membentang dari Banten, Jakarta, Cirebon, Semarang, Demak, Jepara, Lasem sampai Gresik dan Surabaya. Bentuk Sino-Javanese Muslim Cultures tidak hanya tampak dalam berbagai bangunan peribadatan Islam yang menunjukan unsur Jawa, Islam, Cina tetapi juga berbagai seni atau sastra (batik, ukir) dan unsur kebudayaan lain, salah satunya yaitu bangunan masjid yang berbentuk klenteng yang bernama Kelenteng Sam Po Kong yang dulunya digunakan oleh umat Islam untuk beribadah (sekarang digunakan untuk beibadah agama Hindu).
Dari kesimpulan di atas maka muncul implikasi yaitu: (1) Islam merupakan agama yang rasional dan universal. Dalam memperkenalkan agama Islam kepada penduduk setempat, Cheng Ho tidak pernah memaksakan kehendaknya, bahkan Cheng Ho sangat menghargai dan menghormati agama lain yang dianut penduduk setempat. Islam tidak pernah memaksa orang untuk memeluk agama Islam, karena Islam merupakan rahmat/hidayah dari Tuhan (2) Sebagai seorang muslim Cheng Ho senantiasa menyempatkan diri untuk menyebarkan agama Islam pada setiap kunjungan ke berbagai daerah dan negara yang disinggahinya melalui usaha perdagangan. Sebagai akibat dari perjumpaan Cheng Ho dan Tionghoa Islam lainnya dengan Jawa kemudian terjadi sebuah Sino-Javanese Muslim. Bentuk Sino-Javanese Muslim Cultures itu tidak hanya tampak dalam berbagai bangunan peribadatan Islam misalnya masjid, yang menunjukkan adanya unsur Jawa, Islam, dan Tionghoa tetapi juga berbagai seni sastra lainnya (3) Banyak hambatan dalam penelitian tentang peranan Laksamana Cheng Ho dalam penyebaran agama Islam di Jawa pada abd ke-15 diantaranya pada tahap pengumpulan data, peneliti mengalami kesulitan dalam mendapat sumber primer. Hal ini disebabkan karena jauhnya tempat untuk mendapatkannya dan bahasa yang digunakan dalam sumber primer. Sumber primer yang relevan dengan permasalahan yang dikaji tersebut tidak terdapat di dalam negeri melainkan di luar negeri dan bahasa yang digunakan bahasa setempat.