Abstrak
Pengaruh penggunaan tepung kulit buah kakao (theobroma cocoa, l) fermentasi dalam ransum terhadap performan Kelinci new zealand white jantan
Oleh :
Atok Setyo Wicahyono - H0505016 - Fak. Pertanian
ABSTRAK
Kelinci New Zealand White merupakan ternak yang berpotensi sebagai penghasil daging. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka dibutuhkan konsentrat dalam ransumya. Karena mahalnya harga konsentrat, maka diperlukan bahan pakan pengganti konsentrat yang lebih murah, salah satunya adalah kulit buah kakao. Kulit buah kakao memiliki serat kasar yang tinggi dan protein yang rendah, sehingga perlu difermentasi menggunakan Aspergillus niger yang dapat menurunkan serat kasar dan meningkatkan proteinnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan tepung kulit kakao fermentasi dalam ransum terhadap performan kelinci New Zealand White jantan. Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 20 Juli sampai 13 September 2009 bertempat di Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (Kelinci), Balekambang, Surakarta.
Materi penelitian adalah 16 ekor kelinci New Zealand White jantan dengan bobot badan rata-rata 851,5±92,39 gram. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola searah dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan, setiap ulangan menggunakan satu ekor kelinci New Zealand White jantan dan data yang didapatkan dianalisis menggunakan analisis variansi untuk konsumsi pakan dan konversi pakan, kovariansi untuk pertambahan bobot badan harian dan deskriptif untuk feed cost per gain.
Pakan yang digunakan pada penelitian ini adalah konsentrat (bekatul, jagung giling, BR1, tepung ikan, premix), hijauan (rumput lapang) dan tepung kulit buah kakao fermentasi (TKBKF). Perlakuan yang diberikan adalah penggantian konsentrat dengan TKBKF, yang meliputi: P0 (60% Hijauan + 40% Konsentrat + 0% TKKF), P1 (60% Hijauan + 30% Konsentrat + 10% TKKF), P2 (60% Hijauan + 20% Konsentrat + 20% TKKF), dan P3 (60% Hijauan + 10% Konsentrat + 30% TKKF). Parameter yang diamati adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian, konversi pakan, dan feed cost per gain.
Hasil penelitian menujukkan rata-rata keempat perlakuan yaitu: P0; P1; P2 dan P3 berturut-turut untuk konsumsi (BK) adalah 97,89; 93,08; 87,23 dan 82,24 g/ekor/hari. Pertambahan bobot badan harian adalah 13,43; 12,30; 10,56 dan 9,87 (g/ekor/hari). Konversi pakan adalah 7,43; 7,73; 8,35 dan 8,42 sedangkan feed cost per gain adalah Rp 13.291,34; Rp 12.359,60; Rp 11.759,04 dan Rp 10.258,18. Hasil analisis statistik konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian, dan konversi pakan menunjukkan berbeda tidak nyata.
Kesimpulan yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah penggunaan tepung kulit buah kakao fermentasi sampai taraf 30% dari total ransum tidak mempengaruhi konsumsi pakan, pertambahan bobot badan harian, dan konversi pakan, tetapi nilai feed cost per gain adalah yang paling ekonomis dibanding perlakuan lainnya.
ABSTRACT
New Zealand White rabbit is a potential livestock as meat producer. To get the maximally product, it’s need concentrate in the ration. Because of costly price of concentrate, so that it was needed alternative feed stuff as subtitution for concentrate that more cheap, one of them by using cocoa pods. Cocoa pods still having high crude fiber and low crude protein. To raise up the nutrient value, the method that may to do is fermentation to applies Aspergillus Niger to reduce crude fiber and improve its crude protein. The purpose of this research is to know the influences of using fermented cocoa pods meal in ration to male New Zealand White rabbit’s performance. This research was done from July 20th until September 13th, 2009 at Balai Pembibitan dan Budidaya Ternak Non Ruminansia (Kelinci), Balekambang, Surakarta.
Sixteen male New Zealand White rabbit’s with the average body weight about 851,5±92,39 grams were used in this research. This research used Completely Randomized Design one way classification with four treatments and four replications, and each replication used one male New Zealand White rabbit. The result of this research analyzed by analysis of variance for feed consumption and feed conversion ratio, covariance for average daily gain and descriptic for feed cost per gain.
The ration that used on this research are concentrate feed (rice bran, corn meal, BR1, fish meal, premix), forage (native grasses), and fermented cocoa pods meal. The treatments were concentrate substitute with fermented cocoa pods meal in each treatment, there are P0 (60 percents forage+ 40 percents concentrate+ 0 percent fermented cocoa pods meal), P1 (60 percents forage+ 30 percents concentrate+ 10 percents fermented cocoa pods meal), P2 (60 percents forage+ 20 percents concentrate+ 20 percents fermented cocoa pods meal), P3 (60 percents forage+ 10 percents concentrate+ 30 percents fermented cocoa pods meal). The parameters observed were feed consumption, average daily gain (ADG), feed conversion ratio and feed cost per gain.
The result of this research showed that each treatment that P0; P1; P2 and P3, feed consumption were 97,89; 93,08; 87,23 and 82,24 grams/head/day, average daily gain were 13,43; 12,30; 10,56 and 9,87 grams/head/day, feed conversion ratio were 7,43; 7,73; 8,35 and 8,42, and feed cost per gain were Rp 13.291,34; Rp 12.359,60; Rp 11.759,04 and Rp 10.258,18. It showed that treatments with fermented cocoa pods meal up to 30 percents have no effect to feed consumption, average daily gain and feed conversion ratio.
The conclusion of this research that the influences of using fermented cocoa pods meal up to 30 percents from the total feed have no effect to feed consumption, average daily gain and feed conversion ratio, This research also showed that the treatments able to depress feed cost per gain value.