Abstrak


Identitas penari cross gender dalam kehidupan masyarakat Surakarta


Oleh :
Ika Sapriana - K8406005 - Fak. KIP

Abstrak Tujuan penelitian ini adalah (1) menjelaskan makna penari cross gender dalam kehidupannya, (2) menjelaskan eksistensi penari cross gender dalam kehidupannya, dan (3) menjelaskan strategi bertahan hidup penari cross gender dalam kehidupannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif, dengan bentuk dan strategi penelitian etnometodologi. Etnometodologi adalah metode yang mementingkan analisis percakapan dalam penelitian. Metode ini menggunakan pemahaman akal sehat dalam menafsirkan tindakan yang dilakukan individu. Yang dimaksud akal sehat ada suatu refleksi. Pengumpulan data dan analisis data dalam penelitian ini terkait dengan makna penari cross gender, eksistensi penari cross gender, dan strategi bertahan hidup penari cross gender. Data dan analisis tersebut digunakan untuk menganalisis teori interaksionisme simbolik tentang makna, eksistensi dan strategi bertahan hidup penari cross gender. Sumber data berupa peristiwa atau aktivitas, dan informan atau narasumber. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri dari observasi langsung dan wawancara mendalam. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif yang meliputi empat komponen yaitu pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan penarikan kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, pertama, makna penari cross gender dilihat dari sudut pandang penari cross gender dalam kehidupan penarinya, bahwa makna penari cross gender (1) seorang penari yang membawakan atau menarikan tarian lawan jenisnya, seperti penari laki-laki yang membawakan tarian perempuan dengan segala atribut perempuannya hanya untuk sebuah pekerjaan atau sebaliknya, (2) sebagai kreativitas para seniman dalam dunia seni, khususnya seni tari, dalam mengkreasikan gerakan dan musik tarian tradisional dipadukan dengan tarian modern, (3) pada saaat menari penari cross gender memberikan komedi agar penampilannya tidak monoton. Kedua, bahwa eksistensi penari cross gender (1) seorang penari yang profesional dalam berkesenian, (2) keberadaan penari cross gender memberikan warna baru dalam perkembangan dunia seni tari. Ketiga bahwa strategi bertahan hidup penari cross gender adalah membedakan dunia panggung dan dunia luar panggung, ketika di panggung penari cross gender memerankan seorang penari perempuan dengan segala atribut perempuannya, misalnya memakai sanggul, kebaya, dan make up tetapi di luar panggung penari cross gender adalah laki-laki.