Abstrak


Masculinity and sexuality in perfume advertisements


Oleh :
Murnita Dian Kartini - C1307526 - Fak. Sastra dan Seni Rupa

ABSTRACT This research is conducted to describe how the masculinity and sexuality are symbolized and constructed in the society: politically, and culturally. The object of the analysis will be fragrance/ perfume advertisements taken from The Scented Salamander: Perfume and Beauty Blog and Webzine. They are: Kenzo Jungle with Satya Oblet (1998), Caron Pour un Homme with Patrick Duppond (1998), Tom Ford for Men (2008), and Sean John: I Am King (2008). Since this study is conducted within American Studies framework, therefore it requires some approaches that are suitable with the subject as consequence of using an interdisciplinary study. Semiotics approach is applied to find and explore the signifier and signified in the advertisements. The socio-cultural approach is applied together with gender approach as the third approach to understand the visual meaning of signifier and signified in cultural context. This analysis describes how advertisement constructs men’s body as a commodity which has economical value. Besides that, this analysis also explains how body politics concept constructs American society’s perspectives toward masculinity. Based on the analysis, the concept of masculinity exploited for commodity has shifted from 1998 to 2008. In 1998 the visual of male body should not break the hegemonic masculinity that male is the holder of power, authority, domination, and control over women. However, in 2008 male could be the object of female gaze. Man could be the object but at the same time is a subject who still has control over women. Body politics explains that the use of men’s body as a visual object does not break the hegemonic masculinity believed by American society, by using some negotiations. Hegemonic masculinity constructs men as the holder of power, authority, domination, and control over women. This construction of masculinity values have been explored and exploited by capitalism industries in America to attract the consumers and sell their products. ABSTRAKSI Penelitian ini disusun untuk menjelaskan bagaimana symbol dan konstruksi maskulinitas dan seksualitas dalam masyarakat secara politis dan budaya. Obyek dalam penelitian ini adalah iklan- iklan yang bersumber dari The Scented Salamander: Perfume and Beauty Blog and Webzine, yaitu Kenzo Jungle with Satya Oblet (1998), Caron Pour un Homme with Patrick Duppond (1998), Tom Ford for Men (2008), and Sean John: I Am King (2008). Karena berada dalam lingkup penelitian Kajian Budaya Amerika, maka penelitian menerapkan beberapa strategi pendekatan yang berkaitan dengan subjek kajian sebagai konsekuensi dari kajian ilmu lintas disiplin/ interdisipliner. Pendekatan semiotika digunakan untuk menentukan signifier (penanda) dan signifed (petanda) dalam visual iklan. Pendekatan sosio-kultural diaplikasikan dengan pendekatan gender sebagai pendekatan ketiga untuk menggali makna signifier (penanda) dan signifed (petanda) dalam konteks budaya. Analisa ini memberikan gambaran bagaimana iklan mengkonstruksi tubuh pria sebagai sebuah komoditas yang memiliki nilai jual, dalam konteks politis dan budaya. Di samping itu, penelitian ini juga menjelaskan bagaimana konsep politik tubuh mengkonstruksi pandangan masyarakat Amerika terhadap maskulinitas. Berdasarkan pada hasil analisa, dapat disimpulkan bahwa konsep maskulinitas mengalami pergeseran dalam kurun waktu 1 dekade (1998-2008). Pada tahun 1998, visual tubuh pria tidak melawan konsep hegemoni maskulinitas di Barat yang menempatkan pria sebagai pemegang kekuatan, kekuasaan, dominasi, dan kontrol terhadap wanita. Sedangkan pada tahun 2008, pria dapat ditempatkan pada posisi sebagai obyek pandang wanita. Pria dapat menjadi obyek namun sekaligus menjadi pemegang kontrol atas wanita. Konsep politik tubuh yang menggunakan tubuh pria sebagai obyek visual tidak melawan konsep hegemoni maskulinitas yang dipercaya masyarakat Amerika dengan menggunakan beberapa negosiasi. Hegemoni maskulinitas mengkonstruksi pria sebagai pemegang kekuatan, kekuasaan, dominasi, dan kontrol terhadap wanita. Dan perspektif ini telah dieksplorasi dan dieksploitasi oleh masyarakat industri kapitalis di Amerika untuk menarik minat konsumen dan menjual produk mereka.