Abstrak


Peran sekolah luar biasa (SLB) pertiwi dalam meningkatkan kecerdasan anak didik untuk anak tunagrahita (studi kasus di Sekolah Luar Biasa Pertiwi kelurahan Bangunsari, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur )


Oleh :
Oktavia Mulianingtyas - D3205021 - Fak. ISIP

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan secara mendalam tentang Peran Sekolah Luar Biasa (SLB) Pertiwi dalam Meningkatkan Kecerdasan Anak Didik untuk Anak Tunagrahita di Kelurahan Bangunsari, Kecamatan Kota Ponorogo, Kabupaten Ponorogo dan untuk mengetahui tingkat kecerdasan pada anak tunagrahita serta hambatan/ strategi yang dilakukan anak tunagrahita di Kelurahan Bangunsari, Kecamatan Kota Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini mengambil lokasi di Kelurahan Bangunsari, Kecamatan Kota Ponorogo, Kabupaten Ponorogo. Jenis data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data yang dipergunakan yaitu observasi, wawancara mendalam terhadap 8 informan, yaitu 5 pengajar dan 3 anak tunagrahita. Dengan menggunakan teknik analisis data trianggulasi sumber dan dokumen-dokumen yang relevan yang berkaitan dengan penelitian ini. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif dengan model interaktif. Penelitian ini didasarkan pada rasa keingintahuan penulis terhadap peran sekolah luar biasa (SLB) Pertiwi dalam meningkatkan kecerdasan anak didik tunagrahita, serta ingin mengetahui tentang bentuk perilakunya agar anak dapat bersosialisasi dengan masyarakat. Maka dibutuhan juga kerjasama yang kuat antara pihak sekolah, orang tua dan masyarakat, agar pelaksanaan yang dilakukan berjalan dengan optimal. Keterbelakangan mental ( AAMD= American Asosiasion of mental Deficiency) pada anak tungrahita menunjukkan fungsi intelek dibawah rata-rata secara jelas dengan disertai ketidak mampuan dalam penyesuaian perilaku yang terjadi pada masa perkembangan Maka untuk mengembangkan kemampuan dan kecerdasan bahasa maupun bicara pada anak normal barang kali tidak banyak menemui hambatan yang berarti karena mereka dapat dengan mudah memanfaatkan potensi psikofisik dalam perolehan kosa kata sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan bahasa dan bicara. Tetapi hal ini tidak mampu direncanakan dengan baik oleh anak tunagrahita, akibatnya peristiwa kebahasaan yang lazim terjadi di sekitarnya menimbulkan keanehan bagi dirinya. Ini dikarenakan kecerdasan sebagai salah satu aspek psikologis mempunyai kontribusi cukup besar dalam mekanisasi fungsi kognisi terhadap stimulasi verbal maupun nonverbal terutama yang memiliki unsur kebahasaan. Pada anak tunagrahita kegagalan melakukan apersepsi terhadap suatu peristiwa bahasa, kerap kali diikuti gangguan artikulasi bicara. Penyertaan kelainan sekunder ini tampak pada anak tunagrahita mampu latih dalam berkomunikasi disamping struktur kalimat yang disampaikannya cenderung tidak teratur (aphasia conceptual) juga dalam, pengucapannya seringkali terjadi omisi (pengurangan kata) maupun distorsi (kekacauan). Belum semua orang menerima bahwa ketunagrahitaan bukanlah suatu penyakit, tetapi beberapa penyakit dapat mengakibatkan ketunagrahitaan. Karena anak tunagrahita tidak bisa sembuh dari ketunagrahitaannya. Kecerdasan mereka tidak bisa berkembang seperti anak-anak pada umumnya yang berumur sama. Maksudnya adalah keterbelakangan merupakan suatu kondisi yang terjadi selama masa perkembangan yang ditandai oleh intelektual yang nyata berada di bawah rata-rata dan kurang dalam sosial. Maka hal itu sangat mempengaruhi tingkat kecerdasan pada anak, sehingga langkah yang dilakukan untuk meningkatkan kecerdasannya perlu melibatkan beberapa pihak yang dapat mendukung kelancaran serta usaha untuk mencapai perubahan dalam tingkat pendidikannya. Dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti menyimpulkan implikasi empiris bahwa dalam usaha mencapai tingkat kecerdasan yang optimal dibutuhkan suatu usaha dengan latihan-latihan sederhana seperti mengajar konsep besar dan kecil, keras dan lemah, pertama, kedua, dan terakhir, perlu menggunakan pendekatan yang konkrit. penyertaan kelainan sekunder ini tampak pada anak tunagrahita mampu latih yaitu mereka membutuhkan kata-kata konkrit dan yang sering didengarnya secara berulang-ulang. ABSTRACT This study aimed to describe the role of the Extraordinary School (SLB) Pertiwi in Improving Intelligence Educate Children for Children in Sub Bangunsari Tunagrahita, Ponorogo City District, Ponorogo and to know the level of intelligence in children tunagrahita and barriers / strategies do children tunagrahita in Sub Bangunsari, Sub City Ponorogo, Ponorogo. This research is a qualitative description. This study took place within the Village Bangunsari, Ponorogo City District, Ponorogo. Types of data used are primary and secondary data. Data collection techniques used are observation, depth interviews with eight informants, the five teachers and three children tunagrahita. By using triangulation of sources and relevant documents associated with this research. The sampling technique in this study using purposive sampling. Analysis of the data used is the analysis of qualitative data with an interactive model. The study was based on the writer to the role of curiosity exceptional schools (SLB) Pertiwi in improving the intelligence of the students tunagrahita, and wanted to know about forms of behavior so that children can socialize with the community. So any 'is also a strong partnership between school, parents and the community, so that implementation is done running optimally. Mental retardation (AAMD = American Asosiasion of mental deficiency) in children tungrahita show function below average intellect clearly accompanied by the inability of the adjustment of behavior that occurred during the growth. So to develop the ability and intelligence of the language and speak in a normal kid stuff times not many obstacles which means that they can easily exploit the potential of psychophysical in vocabulary acquisition in an effort to improve language skills and speaking. But this is not able to be well planned by the children tunagrahita, resulting in a common linguistic events happening around cause rarity for him. This is because the intelligence as one of the psychological aspects have a significant contribution in the mechanization of cognitive functions of verbal and nonverbal stimuli especially those with linguistic elements. Failure to perform in children tunagrahita apersepsi of an event language, often followed by talk of articulation disorders. Investment in these secondary disorders seen in children tunagrahita able to communicate well trained in sentence structure tends to convey irregular (aphasia conceptual) as well as within, their pronunciations are often occurs omission (reduction of the word) and distortion (chaos). So it affects the level of intelligence in children, so that the steps taken to improve the intelligence needs to involve several parties that can support efforts to achieve fluency as well as changes in the level of education. From the research that has been done, then the implications of empirical researchers concluded that in order to achieve the optimal level of intelligence required of a business with simple exercises such as teaching the concept of big and small, strong and weak, the first, second, and final, will need to use a concrete approach . investment in this secondary disorder in children appeared able to train tunagrahita ie they require concrete words and the often heard repeatedly.