Abstrak
Jaringan sosial partai Gerindra
Oleh :
Grina Alfiana Azizah - D0305032 - Fak. ISIP
Abstrak
Penelitiam ini bertujuan memaparkan Jaringan Sosial DPC Partai Gerindra
Kota Surakarta.
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, serta metode utamanya
studi kasus, dengan mengambil lokasi di Kota Surakarta. Data pada penelitian ini
merupakan data primer dan sekunder, data primer diperoleh langsung dari hasil
wawancara mendalam kepada para informan, yaitu pengurus DPC Partai Gerindra
Kota Surakarta, simpatisan Partai Gerindra, Calon Legislatif Partai Gerindra. Ada
pun data sekunder diperoleh dari kantor DPC Partai Gerindra dan KPU Kota
Surakarta. Pengambilan sampel dilakukan dengan snowball sampling.
Pengumpulan data dilakukka dengan teknik observasi tidak berpartisipasi dan
wawancara secara mendalam. Analisa data menggunakan model interaktif.
Validitas data dilakukan dengan teknik trianggulasi data (sumber) dan trianggulasi
metode.
Setelah dilakukan analisis diketahui bahwa hubungan yang membentuk
jaringan sosial Partai Gerindra merupakan jaringan kepentingan (interest) yang
memiliki tujuan-tujuan tertentu, yakni memperoleh suara terbanyak dalam Pemilu
tahun 2009. Pada teori Mitchell tentang karakteristik jaringan sosial melibatkan
nilai-nilai sosial di dalam proses interaksi diantara mereka. Nilai-nilai sosial yang
terkandung dalam jaringan sosial yang dibentuk oleh Partai Gerindra berupa nilai
kegotong-royongan dan saling membantu, keterbukaan dalam informasi, serta
nilai untuk mempertahankan diri agar tetap eksis.
Didalam jaringan sosial yang secara perlahan telah dibentuk juga
disiapkan unsur-unsur komunikasi politik, oleh karenanya pendekatan komunikasi
poitik yang digunakan oleh Partai Gerindra adalah dengan pendekatan empati dan
homofili. Pendekatan secara empati sangat cocok untuk menambah dukungan
berupa jaringan sosial yang akan dibentuk. Dalam pendekatan Empati oleh Berlo
(1960) dan Daniel Larner (1978) serta Homofili oleh Everet M. Rogers dan F.
Shoemaker (1971) dapat menjadikan suatu hubungan sosial akan lebih intim,
karena dengan empati berarti diri kita telah memproyeksikan diri kepada pihak
lain, didukung dengan homofili yakni dengan kesamaan wilayah, bahasa, budaya,
dan sejarah maka pesan dalam komunikasi politik yang disampaikan dapat dengan
mudah diterima oleh masyarakat luas.