Abstrak
Pola komunikasi waria di dalam pondok pesantren waria (studi deskriptif kualitatif tentang pola komunikasi waria di dalam Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis Di Kampung Notoyudan, Daerah Istimewa Yogyakarta)
Oleh :
Henny Kusumo Anggorowati - D1207613 - Fak. ISIP
ABSTRAK :
The Existence of shemale is not the new case in social reality. The history has been writing the culture of shemale since long time ago in so many culture in the world, include Indonesia. So it is not correct if it is told that behavior of shemale that tends to be transsexual or transgender is the product from modernization.
This Research aims on describing about communication pattern of shemale in pondok pesantren waria, Notoyudan Village, District Gendongtangen, Special region Yogyakarta. In other hand, this research is to know about the cultures that has been agreed in Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis.
This Research uses method of participant observation for 4 months. The informants are organizer manager of pondok pesantren waria, shemale santri, supervisor of pesantren waria, and ustadz. These informants are determined base on purposive sampling. Data collecting is conducted by interviewing the informants, observation and document analyzing. Technique of data analyzing uses Miles interactive model and Huberman, meanwhile data’s validity is tested in source (data) triangle.
This Research produces conclusion (a) Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis has two characters of communication pattern that is formal communications and informal communication (b) Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis has special language or symbols that is used in their community that show equal friendliness relation (c) Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis has strong social relationship so they are very close each other and conflict is seldom happened internally (d) Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis is marginal community which is opened, there is no prohibition for everyone who wants to visit and they accept some suggestions from their outside community.
ABSTRAK
Keberadaan waria bukanlah merupakan hal yang baru dalam realitas di masyarakat. Sejarah telah mencatat kebudayaan waria telah sejak lama dalam berbagai budaya di dunia, termasuk Indonesia. Jadi tidaklah tepat bila dikatakan perilaku waria yang cenderung transeksual atau transgender ini adalah produk dari modernisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan Pola Komunikasi Waria Di Dalam Pondok Pesantren Waria, Kampung Notoyudan, Kecamatan Gendongtangen, Daerah Istimewa Yogyakarta. Selain itu, penelitian ini untuk mengetahui budaya-budaya yang telah disepakati di dalam Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis.
Penelitian ini menggunakan metode observasi partisipan dengan lama penelitian 4 bulan. Informan diantaranya adalah pengelola pondok pesantren waria, santri waria, pembina pondok pesantren waria, dan ustadz pembimbing. Informan ini ditentukan berdasarkan purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan analisis dokumen. Teknik analisis data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman, sedangkan keabsahan data diuji melalui trianggulasi sumber (data).
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan (a) Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis memiliki dua karakter pola komunikasi yaitu komunikasi formal dan komunikasi informal (b) Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis mempunyai bahasa khusus atau simbol-simbol yang digunakan dalam komunitas mereka yang menunjukkan hubungan keakraban yang sederajat (c) Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis mempunyai ikatan sosial yang kuat sehingga mereka sangat guyub dan jarang terjadi konflik secara internal (d) Pondok Pesantren Waria Senin-Kamis adalah komunitas kaum marjinal yang mulai terbuka, tidak ada larangan bagi siapapun untuk berkunjung dan mereka pun menerima masukan dari luar komunitas mereka.