Abstrak


Ampyang balong (sebuah karya dokumenter tentang kuatnya eksistensi pembauran dua budaya antara Cina dan Jawa, melalui perkawinan antar ras masa kini di Kampung Balong, Sudiroprajan, Surakarta)


Oleh :
William Adiputra de Jesus Tavares - D0203140 - Fak. ISIP

ABSTRAK Film dengan genre dokumenter dengan tema inkulturasi budaya Jawa terhadap budaya pendatang Tiong Hoa ini berangkat dari ide dasar masih adanya bentuk-bentuk interaksi yang terbatas pada golongan etnis tertentu, dimana interaksi ini terjadi di tengah-tengah kentalnya budaya Jawa. “Tembok-tembok” pembatas ini masih sangat kentara, khususnya di Surakarta. Dari sekian permasalahan Komunikasi Antarbudaya, dalam film “Ampyang Balong” ini memfokuskan permasalahan pada bentuk-bentuk interaksi etnis pendatang Cina/ Tiong Hoa dengan etnis Jawa yang masih terbatas. Dipilih masalah interaksi antar etnis, karena film maker berpendapat bahwa interaksi yang seharusnya terjadi antara etnis pendatang Cina dengan etnis Jawa merupakan bentuk Komunikasi Antarbudaya yang menjelma menjadi alat untuk menghindari munculnya bibit-bibit konflik antar etnis pendatang dengan pribumi. Adapun ringkasan cerita dari film “Ampyang Balong” adalah sebagai berikut: Solo, kota budaya yang terkenal dengan sentral kebudayaan Jawanya ini, menjadi tempat bermukim etnis pendatang Cina. Etnis pendatang Cina ini membawa budayanya di tengah-tengah kentalnya budaya Jawa. Budaya etnis pendatang Cina ini, mengandung unsur-unsur “defensive” yang tinggi. Akan tetapi, sebagai etnis pendatang, etnis Cina harus dapat beradaptasi dengan sistem budaya Jawa sebagai budaya dominan. Terutama mereka melewati proses adaptasi pada masa Soeharto. Namun, dengan sistem adaptasi yang harus dilakukan etnis pendatang Cina, membuat unsur-unsur budaya Cina secara perlahan luntur karena didominasi oleh kuatnya budaya Jawa sejalan dengan interaksi lintas etnis tersebut. Bentuk-bentuk interaksi yang terjadi antara etnis Cina dengan etnis Jawa, didasari oleh harmonisasi budaya yang saling berjalan secara selaras melalui sistem kepercayaan dan perdagangan. Dengan begitu, terjadilah pembauran antara etnis Cina dengan etnis Jawa. Pembauran yang dapat memperkuat integrasi bangsa ini dapat terlihat dengan jelas ketika telah mencapai proses perkawinan antar etnis (amalgamation). Serta sekarang terdapat pula hasil kebudayaan yang mencerminkan proses amalgamasi itu sendiri. Contohnya adalah Barongsai, PMS, produk kuliner pasar, dsb.