Abstrak


Perkebunan kopi Mangkunegaran dan pengaruhnya terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat Wonogiri pada masa Mangkunegara IV


Oleh :
Devy Mardiati - K4405012 - Fak. KIP

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) latar belakang munculnya perkebunan kopi Mangkunegaran, (2) pengelolaan perkebunan kopi Mangkunegaran pada masa Mangkunegara IV, (3) pengaruh perkebunan kopi Mangkunegaran terhadap kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat Wonogiri pada masa Mangkunegara IV. Penelitian ini menggunakan metode historis. Langkah-langkah yang ditempuh dalam metode historis meliputi heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Sumber data yang digunakan oleh penulis terutama adalah sumber sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik studi pustaka. Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis historis yaitu analisis yang mengutamakan ketajaman dalam menginterpretasikan fakta sejarah. Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan: (1) Pembangunan industri perkebunan, terutama perkebunan kopi oleh Mangkunegara IV merupakan pilihan yang rasional karena sejumlah alasan: (a) kopi merupakan produk eksport yang pada waktu itu berkembang pesat di pasaran dalam negeri maupun internasional, (b) tanaman kopi sudah pernah dibudidayakan pada masa Mangkunegara II dengan bibit kopi yang diperoleh dari Kebun Kopi Tua Gondosini, Bulukerto yang diusahakan oleh para penyewa tanah Eropa dan (c) sumber–sumber pendapatan praja secara tradisional melalui pajak dan persewaan tanah tidak mencukupi. Faktor lain yang menyebabkan atau mendorong pembangunan perkebunan Mangkunegaran adalah kepentingan pihak trah Mangkunegaran untuk menunjukkan posisinya yang lebih menonjol dalam bidang ekonomi dibanding dengan ketiga praja kejawen lainnya, yakni Kasunanan, Kasultanan dan Pakualaman. (2) Sistem pengelolaan perkebunan kopi Mangkunegaran diawali dengan usaha Mangkunegara IV untuk menarik tanah-tanah apanage dari para keluarga kerajaan maupun dari para penyewa tanah Eropa. Penanaman kopi di daerah Mangkunegaran ini dimulai pada tahun 1814 dengan bibit kopi yang diperoleh dari Kebun Kopi Tua Gondosini di daerah Bulukerto, Wonogiri. Penanaman kopi di 24 wilayah di Mangkunegaran ini ditangani secara serius, dengan mendatangkan administratur kopi dari Eropa,yaitu Rudolf Kampff. (3) Pengaruh perkebunan kopi Mangkunegaran terhadap kehidupan masyarakat di sekitar perkebunan sangat besar, baik di bidang sosial maupun ekonomi. Secara sosiologis sistem perkebunan telah merubah hubungan sosial yang sudah ada, yaitu ikatan adat dan ikatan desa yang telah mempererat hubungan individu dalam masyarakat. Bagi masyarakat petani di pedesaan, khususnya di wilayah perkebunan kopi, peralihan dari sistem apanage dan perkebunan Eropa ke sistem kerajaan ini membawa konsekuensi yang dilematis. Pada satu sisi beban pajak berkurang dan kesempatan-kesempatan untuk terlibat dalam kerja upah untuk memperoleh tambahan penghasilan telah diberikan, namun di sisi lain semua itu belum sebanding dengan jumlah beban kerja wajib yang lebih tinggi.