Abstrak


Pembuatan zat warna alami tekstil dari biji buah mahkotadewa


Oleh :
Fitria Kurniastuti - I8305020 - Fak. Teknik

Abstrak Pewarna tekstil dibagi menjadi dua, yaitu pewarna alami dan pewarna sintesis. Pewarna alami berasal dari hewan maupun tumbuhan sedangkan pewarna sintesis dapat dihasilkan dari bahan-bahan kimia. Mahkotadewa merupakan salah satu jenis tumbuhan yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber zat warna alami untuk tekstil dengan cara mengekstrak bijinya. Pembuatan zat warna dari biji mahkotadewa dilakukan dengan dua metode, yaitu ekstraksi secara batch dan ekstraksi menggunakan soxhlet. Pada proses pencelupan kain dalam zat warna, diperoleh warna coklat untuk kedua metode ekstraksi. Yield zat warna untuk ekstraksi secara batch sebesar 4,28% dan untuk ekstraksi menggunakan Soxhlet sebesar 3,625%. Zat warna yang dihasilkan, ditentukan kualitas ketahanan lunturnya dengan menggunakan dua metode, yaitu metode pencucian menggunakan Laundrymeter dan metode gosokan menggunakan Crockmeter. Dari hasil uji tahan luntur zat warna yang dihasilkan, maka ditentukan kualitasnya dengan cara dibandingkan menggunakan standar Gray Scale dan standar Staining Scale. Dari hasil uji tahan luntur warna terhadap pencucian dengan Laundrymeter diperoleh nilai evaluasi tahan luntur warna Gray Scale “cukup baik” dan Stainning Scale “kurang” untuk zat warna yang diperoleh dari ekstraksi secara batch, sedangkan untuk zat warna yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan soxhlet diperoleh nilai evaluasi tahan luntur warna Gray Scale “cukup baik” dan Stainning Scale “kurang”. Dari hasil uji tahan luntur warna terhadap gosokan dengan crockmeter diperoleh nilai evaluasi tahan luntur warna Gray Scale “kurang” dan Stainning Scale “baik” untuk zat warna yang diperoleh dari ekstraksi secara batch, sedangkan untuk untuk zat warna yang diperoleh dari ekstraksi menggunakan soxhlet diperoleh nilai evaluasi tahan luntur warna Gray Scale “cukup” dan Stainning scale “baik”. Nilai evaluasi tahan luntur warna Gray Scale dan Stainning Scale menunjukkan nilai yang kurang maksimal, sehingga memerlukan adanya penelitian terhadap proses penguncian warna ( fiksasi ) dengan penambahan zat –zat lain yang bisa lebih kuat mengunci zat warna.