Abstrak


Partisipasi Politik Para Tokoh Pakualaman Pada Masa Pergerakan Nasional


Oleh :
Irma Ayu Kartika Dewi - K4406003 - Fak. KIP

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Partisipasi politik para tokoh Pakualaman dalam Pergerakan Nasional; (2) Alasan Paku Alam VII mendukung tumbuhnya semangat Pergerakan Nasional kerabat Pakualaman; (3) Reaksi pemerintah Hindia Belanda terhadap sikap politik keluarga Pakualaman. Penelitian ini menggunakan metode sejarah (historis), yaitu prosedur dari cara kerja para sejarawan untuk menghasilkan kisah masa lampau berdasarkan jejak-jejak yang ditinggalkan oleh masa lampau tersebut. Langkah-langkah dalam metode sejarah adalah heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui studi pustaka dan wawancara. Sumber data yang digunakan adalah sumber tertulis dan lisan. Sesuai dengan jenis penelitiannya, maka teknik analisis yang dipakai adalah teknik analisis historis, yaitu teknik analisis yang mengutamakan ketajaman dalam interpretasi. Langkah-langkah analisis data dilakukan dengan cara: (1) menyediakan sumber sejarah yang mendukung penelitian proses perbandingan sumber; (2) mengklasifikasikan data yang sudah terkumpul dengan pendekatan kerangka berpikir atau kerangka referensi yang mencakup berbagai konsep atau teori politik, ekonomi dan sosial sehingga didapatkan suatu fakta sejarah yang dapat dipercaya kebenarannya; (3) mempertinggi kredibilitas penulis. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Partisipasi politik para tokoh Pakualaman dimulai dengan menumbuhkan nasionalisme di lingkungan keluarga melalui pendidikan formal. Tokoh-tokoh Pakualaman dalam pergerakan nasional bergerak melalui organisasi-organisasi politik, misalnya Boedi Oetomo yang diikuti Notodirodjo, Sarekat Islam oleh Soerjapranoto, dan Indische Partij oleh Ki Hajar Dewantara. Selain itu juga melalui gerakan fisik seperti yang dilakukan Wreksodiningrat; (2) Paku Alam VII Mendukung Tumbuhnya Semangat Nasionalisme kerabat Pakualaman karena merasa kecewa, beliau harus menghentikan studinya karena mempunyai kewajiban untuk menggantikan ayahnya memimpin Kadipaten. Selain itu karena intelektualitas Sri Paku Alam VII yang tinggi. Beliau menganggap dengan pendidikan yang diperoleh para kerabat Pakualaman dapat menumbuhkan rasa nasionalisme di kalangan Pakualaman, karena melalui pendidikan banyak muncul kerabat Pakualaman yang menjadi pemimpin bangsa; (3) Reaksi Pemerintah Hindia Belanda terhadap aksi-aksi perjuangan para tokoh Pakualaman melalui membuang para tokoh dengan alasan pendidikan dan pekerjaan. Pemerintah Hindia Belanda juga membuka ”Ordonasi Sekolah Liar” karena pada tahun 1924 Suwardi mendirikan Mulo Kweekschool setingkat Mulo, yang secara tidak langsung akan menghancurkan kolonialisme di Hindia Belanda.