Abstrak


Peranan Go Tik Swan Hardjonagoro dalam Mengembangkan Batik di Surakarta 1955-1964


Oleh :
Wendha Widyo Saksono - K4406046 - Fak. KIP

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : (1) Sejarah lahirnya batik Hardjonagoro di Surakarta, (2) Motif, jenis, dan filosofis yang terkandung dalam batik Hardjonagoro, (3 ) Perkembangan batik Hardjonagoro di Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode historis dengan langkah-langkah heuristik, kritik sumber, intepretasi,historiografi. Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah sumber tertulis yang meliputi sumber primer dan sumber sekunder. Teknik pengumpulan data menggunakan studi kepustakaan. Data dianalisis dengan menggunakan analisis historis yang mengutamakan ketajaman intepretasi sejarah. Langkah-langkah menganalisis data adalah: (1) pengumpulan data yang kemudian diklasifikasikan sesuai tema penelitian., (2) terhadap sumber yang didapat dilakukan kritik intern (content analysis) dan kritik ekstern (contruct analysis) untuk menentukan kredibilitas dan otentitas sumber, (3) Dari data yang didapatkan digunakan pendekatan kerangka teori, konsep, metodologi yang berfungsi sebagai kritria penyelesaian, identifikasi dan pengklasifikasian, (4) merangkaikan fakta-fakta untuk mengetahui hubungan sebab–akibat antar peristiwa satu dengan peristiwa yang lain, (5) Fakta–fakta yang sudah didapatkan dan dihubungkan kemudian disusun menjadi sebuah karya yang menyeluruh. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : (1) Karya-karya batik Go Tik Swan dikenal dengan nama “Batik Indonesia”. Batik Indonesia karya Go Tik Swan pada dasarnya adalah hasil perkawinan antara batik gaya klasik keraton dan batik gaya pesisir utara Jawa Tengah. Gaya batik klasik keraton Surakarta dan Yogyakarta yang introvert dikawinkan dengan gaya batik pesisir utara Jawa Tengah yang extrovert. Go Tik Swan menciptakan batik untuk memenuhi gagasan Bung Karno. Gagasan Bung Karno mengenai batik adalah batik yang menampilkan nilai seni budaya sebagai jatidiri bangsa sekaligus menyuarakan pesan persatuan Indonesia, (2) Motif-motif yang dikembangkan Go Tik Swan dari motif-motif lama yang tetap mengandung makna simbolik. Dari itu Go Tik Swan tidak merasa berdosa karena telah mengubah nilai-nilai klasik menjadi baru. Go Tik Swan sangat sadar akan perubahan-perubahan sosial dan budaya jamannya. Konsep „nunggak semi‟ diyakini Go Tik Swan tidak akan membuat tandus ladang kreativitasnya. Pola-pola yang rumit, kecil, halus, oleh Hardjonagoro dipertegas, diperkuat, kalau perlu agak dirombak, tetapi tetap tidak meninggalkan tunggaknya. Misalnya batik Semen Rama, Sawunggaling, Kembang Bangah, dan Pisan Bali, (3) Go Tik swan tidak berhenti hanya menciptakan batik untuk memenuhi keinginan Bung Karno. Agar usaha pembatikannya itu dapat berjalan terus, dan dengan demikian batik-batik cipataannya itu dapat diproduksi kembali, maka mau tidak mau harus menciptakan pasar bagi batik-batik karya Go Tik Swan.