;

Abstrak


Citra Diri Pelaku Seksual Pra-Nikah (Studi Kasus Perilaku Seksual Pra-Nikah Mahasiswa Di Kecamatan Jebres, Kota Surakarta Tahun 2009/2010)


Oleh :
Aris Martiana - S250908004 - Sekolah Pascasarjana

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pembentukan citra diri pelaku seksual pra-nikah di kehidupan sosial masyarakat. Disamping itu juga ingin mengetahui tindakan yang dilakukan pelaku seksual pra-nikah dalam stigma discreditable. Teori Dramaturgi Goffman digunakan untuk menjawab kedua tujuan tersebut. Penelitian ini termasuk studi kasus (kualitatif) yang mengambil lokasi di Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Sesuai dengan tujuan penelitian menggunakan teknik cuplikan yaitu snowball sampling dan purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam bebas terpimpin, observasi partisipasi, arsip dan dokumen. Validitas data yang digunakan adalah dengan trianggulasi data (sumber) dan trianggulasi metode. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data model interaktif. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanakan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa citra diri pelaku seksual pra-nikah dibedakan menjadi dua yaitu citra diri ngalim dan citra diri baulan. Sebelum pembentukan citra diri, informan dipengaruhi oleh persepsi masyarakat yang dibedakan menjadi tiga yaitu melarang dengan keras perilaku seksual pra-nikah juga proses pacaran, masyarakat membolehkan pacaran dengan batas-batas tertentu yaitu ditahap Holding hands dan Embracing & chick kissing,dan persepsi terakhir adalah masyarakat permisif terhadap perilaku seksual pra-nikah juga proses pacaran. Dalam pembentukan citra diri informan memiliki wilayah-wilayah seperti yang dijelaskan dalam dramaturgi yakni (1). Tampak depan yang meliputi latar belakang terjadi di keluarga, kampus dan lingkungan kos informan yang memiliki perbedaan. Ketika di keluarga dan kampus informan cenderung lebih ngalim. Kemudian muka personal informan sangat wajar bahkan lebih ngalim dengan menonjolkan atribut keagamaan mereka. (2). Informan tidak membangun jarak yang lebar dengan audien. Mereka memiliki banyak teman dan menjalin hubungan dengan audien secara dekat. Akan tetapi tetap membangun jarak perihal aktivitas berpacarannya kepada audien. (3). Tampak belakang informan dalam melakukan perilaku seksual pra-nikah dengan lawan jenis dari tahap holding hands, embraching and chick kissing, lips kissing, fondling, petting dan sexual intercourse. Terdapat dunia ketiga/dunia luar yang menjadi saksi pertunjukan dan menjaga kerahasiaannya. (4). Pengelolaan kesan informan yaitu berperilaku lebih religi dalam penampilan dan aktivitasnya juga membangun interaksi assosiatif dengan audien. (5). Jarak peran yang dilakukan informan dengan merasa bersalah dan berdosa terhadap keluarga, teman-teman dan terutama Tuhan. Mengenai stigma sosial informan tidak mendapatkannya dari audien dan termasuk pada stigma diskreditable. Informan pelaku selalu berusaha mengolah dirinya dengan berperilaku sesuai lingkungan.