Abstrak


Manajemen Program Pendidikan Inklusi Kota Surakarta (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Manajemen Program Pendidikan Inklusi di Kota Surakarta)


Oleh :
Baasith Dhityarini Ciptaningrum - D01006038 - Fak. ISIP

Konsep pendidikan inklusi diadopsi dari hasil konferensi Salamanca yang mengamanatkan adanya pendidikan untuk semua. Surakarta, sebagai salah satu kota penyelenggara program, memiliki 12 sekolah penyelenggara program inklusi. Permasalahan yang dihadapi antara lain : kurangnya kesiapan guru dalam menghadapi siswa berkebutuhan khusus serta kelengkapan sarana dan prasarana. Penelitian ini betujuan mengetahui manajemen program pendidikan inklusi di kota Surakarta dilihat dari perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengawasan serta faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan manajemen. Jenis penelitian merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan metode penarikan sampel : purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yang dilakukan adalah teknik analisis interaktif Selama penelitian diperolah hasil bahwa perencanaan dalam program pendidikan inklusi meliputi : penentuan kriteria sekolah, penyiapan sumber daya manusia, penyesuaian kurikulum, perencanaan pengadaan sarana dan prasarana yang dilakukan oleh Disdikpora dan, perencanaan penerimaan siswa baru, serta perencanaan pembelajaran yang dilakukan pihak sekolah. Pengorganisasian dilakukan oleh setiap bidang pendidikan sekolah, baik sekolah dasar dan PAUD, pendidkan dasar SMP maupun pendidikan sekolah menengah dalam Disdikpora. Setiap bidang ini secara langsung membawahi sekolah penyelenggara program inklus. Koordinasi dalam program pendidikan inklusi bersifat vertikal dan horizontal. Koordinasi vertikal terlihat dari adanya koordinasi sekolah penyelenggara program inklusi dengan disdikpora kota Surakarta, koordinasi sekolah penyelenggara program inklusi dengan Diknas Jawa Tengah, koordinasi sekolah penyelenggara program inklusi dengan Ditjend PLB, koordinasi Dinas Pendidikan Pemuda Dan Olah Raga kota Surakarta dengan Dinas Pendidikan Jawa Tengah, koordinasi dengan Pendidikan Luar Biasa. Koordinasi horizontal terlihat dari : koordinasi antara bidang pendidikan sekolah dalam Disidikpora kota Surakarta, koordinasi antara guru pendamping khusus dengan guru lainnya dalam sekolah penyelenggara program inklusi., koordinasi antar guru se Surakarta. Koordinasi ini dilakukan untuk menunjang program pendidikan inklusi, baik dalam pelengkapan sarana dan prasarana maupun ketersediaan tenaga pendidik khusus. Pengawasan dilakukan oleh pihak sekolah yang meliputi kegiatan pembelajaran dan pengawasan oleh Disdikpora yang bersifat pendampingan dan pelaporan tertulis. Faktor pendukung program inklusi adalah adanya tenaga pendidik khusus, sistem pengajaran menyesuaikan kondisi siswa, dan pengawasan secara rutin dari pihak sekolah. Sedangkan faktor penghambat program inklusi yaitu : minimnya sarana dan prasarana, minimnya dana, kurangnya tenaga pendidik khusus. Saran yang diajukan adalah perlunya meningkatkan peran guru kelas dan guru mata pelajaran dalam menangani siswa berkebutuhan khusus secara individual. Peningkatan komunikasi dengan orang tua siswa berkebutuhan khusus.