;

Abstrak


Perbedaan Kadar Magnesium Intrasel Eritrosit pada Asma Terkontrol Sebagian dan Asma Tidak Terkontrol dengan dan Tanpa Pemberian Magnesium Oral


Oleh :
Sofyan Budi Raharjo - S6006004 - Fak. Kedokteran

Asma menurut Global Initiative for Asthma (GINA) 2009 adalah suatu inflamasi kronik saluran napas dengan beberapa elemen seluler memegang peranan penting. Inflamasi kronik tersebut bersama-sama dengan hiperresponsif saluran napas menimbulkan episode wheezing, sesak napas, rasa berat di dada dan batuk yang berulang terutama malam dan dini hari. Obstruksi saluran napas yang terjadi bersifat reversibel baik secara spontan atau pemberian terapi. Keadaan hipomagnesemia berhubungan dengan peningkatan mengi, hipereaktivitas dan penurunan fungsi paru. Mekanisme efek magnesium pada saluran napas bersifat komplek, memiliki efek antikolinergik dan stabilisasi sel mast sehingga menyebabkan relaksasi otot polos saluran napas dan bronkodilatasi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan kadar magnesium intrasel eritrosit pada pasien asma tidak terkontrol dan asma terkontrol sebagian dengan dan tanpa pemberian magnesium oral. Hasil pemeriksaan kadar magnesium intrasel eritrosit pada masing-masing maupun antar kelompok penelitian dibandingkan untuk direkomendasikan bahwa pemantauan kadar magnesium terutama magnesium intrasel eritrosit pada pasien asma perlu dilakukan secara berkala. Jenis penelitian yang digunakan ialah eksperimental, dengan membandingkan perbedaan kadar magnesium intrasel eritrosit pada pasien asma tidak terkontrol dan asma terkontrol sebagian dengan dan tanpa pemberian magnesium oral berupa magnesium hidroksida (antasida) 3 x 200 mg / hari. Penelitian dilakukan terhadap 42 pasien asma tanpa serangan akut terbagi dalam 2 kelompok penelitian yaitu 21 pasien asma terkontrol sebagian dan 21 pasien asma tidak terkontrol di poliklinik paru RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling. Hasil penelitian dari sampel 42 orang terdiri 15 orang laki-laki (35,7%) dan 27 perempuan (64,3%). Kelompok penelitian terdiri dari 21 orang asma terkontrol sebagian dan 21 orang asma tidak terkontrol. Kelompok asma terkontrol sebagian terdiri dari 13 perempuan (61,9%), 8 laki-laki (38,1%) dan asma tidak terkontrol terdiri dari 14 perempuan (66,7%), 7 laki-laki (33,3%). Rerata umur kelompok asma terkontrol sebagian 43,57 tahun dan kelompok asma tidak terkontrol 43,10 tahun. Subjek penelitian yang mengalami hipomagnesium sebelum terapi diberikan pada kelompok asma terkontrol sebagian sebanyak 9 orang (42,9%) dan pada kelompok asma tidak terkontrol sebanyak 13 orang (61,9%). Rerata kadar magnesium I pada kelompok asma terkontrol sebagian 4,29 ± 0,32 mg/dl sedangkan rerata kadar magnesium I asma tidak terkontrol 4,24 ± 0,27 mg/dl. Rerata kadar magnesium II pada kelompok asma terkontrol sebagian 4,28 ± 0,29 mg/dl sedangkan rerata kadar magnesium II asma tida k terkontrol 4,22 ± 0,27 mg/dl. Rerata kadar magnesium III pada kelompok asma terkontrol sebagian 4,43 ± 0,14 mg/dl sedangkan rerata kadar magnesium III asma tidak terkontrol 4,38 ± 0,11 mg/dl. Secara statistik tidak ada perbedaan bermakna antara kedua kelompok penelitian baik pemeriksaan magnesium I, II maupun III (p>0,05). Dalam 1 kelompok penelitian baik asma terkontrol sebagian maupun tidak terkontrol adalah rerata kadar magnesium I dan II (n=21) juga tidak ada perbedaan secara bermakna (p>0,05). Sedangkan antara rerata kadar magnesium I dan III maupun rerata kadar magnesium II dan III terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05). Kesimpulan, kadar magnesium intrasel eritrosit pasien asma baik terkontrol sebagian maupun tidak terkontrol tanpa pemberian magnesium oral lebih rendah dibanding kadar magnesium intrasel eritrosit dengan pemberian magnesium oral sehingga perlu dilakukan pemantauan kadar magnesium intrasel eritrosit pada pasien asma secara berkala.Kata kunci : asma, terkontrol sebagian, tidak terkontrol, kadar magnesium intrasel eritrosit, magnesium oral.