Abstrak


Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Aqidah Akhlak Sebagai Sarana Pembinaan


Oleh :
Berti Yanuarinna - K6406018 - Fak. KIP

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) mengapa siswa yang telah mendapatkan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Aqidah Akhlak namun masih melakukan pencurian, (2) faktor-faktor apa saja yang membuat terjadinya pencurian oleh siswa Madrasah Aliyah Negeri Pacitan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Strategi penelitian yang digunakan adalah studi kasus tunggal terpancang. Sumber data berupa informan, dokumen, tempat dan peristiwa. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, dokumen dan wawancara. Untuk mengukur validitas data digunakan trianggulasi dan informan review. Teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis data interaktif yang meliputi pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan. Prosedur penelitian yang digunakan meliputi: persiapan, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) siswa yang telah mendapatkan dua pelajaran moral yakni Pendidikan Kewarganegaraan dan Pendidikan Aqidah Akhlak di Madrasah Aliyah Negeri Pacitan belum tentu mereka mempunyai moral yang baik. Sebab ternyata masih terdapat siswa-siswi MAN Pacitan yang melakukan pelanggaran dan kenakalan, diantaranya adalah terdapat beberapa orang yang mencuri. Hal tesebut terjadi karena siswa merasa bahwa mata pelajaran yang dipelajari di sekolah hanya sebatas untuk mereka pelajari supaya mendapatkan nilai yang baik ketika ujian. Tanpa berfikir bahwa pendidikan yang mereka peroleh akan bermanfaat untuk kehidupannya. (2) faktor yang menjadi penyebab siswa MAN Pacitan mencuri diantaranya karena siswa tidak mampu mengendalikan diri dari pengaruh teman pergaulan yang cenderung untuk berbuat kenakalan yang berakibat hukum, lingkungan keluarga yang kurang mendidik anak untuk selalu berbuat baik, serta siswa tidak mau ketinggalan tren (gaya hidup) yang bersifat negatif.