Abstrak
Persepsi Khalayak terhadap Realitas Simbolik tentang Kekerasan di Media ( Studi Persepsi Terhadap Realitas Simbolik Tentang Kekerasan Poligami terhadap Perempuan dalam Sinetron Inayah di Indosiar Periode Oktober 2009)
Oleh :
Rafiska Primas Sekar - D0205111 - Fak. ISIP
Di negeri ini posisi perempuan dalam keluarga secara kultural cukup rentan terhadap kekerasan. Kerentanan ini semakin terlihat saat suami memutuskan untuk berpoligami. Banyak perempuan dan anak yang lantas menjadi korban dalam kehidupan rumah tangga, baik dalam hal pemenuhan kebutuhan fisiologis maupun psikologis. Tindakan kekerasan dalam poligami dalam kenyataan tersebut digambarkan dalam tayangan sinetron. Akibatnya, tindak kekerasan dalam poligami dipersepsikan secara positif dan negatif oleh pemirsa televisi. Tujuan penelitian ini untuk melihat persepsi masyarakat secara umum terhadap Sinetron Inayah dan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut dan secara khusus dari sudut kelompok masyarakat umum, Lembaga Sosial Masyarakat, dan Ormas Agama Islam.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksploratif kualitatif dengan teknik mengumpulkan data melalui wawancara pada responden masyarakat secara umum, LSM, dan Ormas Islam di Surakartaa. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa interaktif, yaitu tiga komponen analisis data reduction (reduksi data), data display (sajian data) dan data conclusion drawing (penarikan kesimpulan)berbentuk interaksi dengan proses pengumpulan data berbagai proses siklus.
Kesimpulan hasil peneltian, yaitu: (1) Secara umum masyarakat mempersepsikan sinetron Inayah, sebagai berikut: Konsepnya rekreatif yang memberi hiburan, menayangkan moral yang negatif tentang peristiwa dalam kehidupan sehingga mudah dipahami oleh masyarakat. Para tokoh dalam sinetron banyak dikenal masyarakat karena memiliki wajah tampan dan cantik. Alur cerita dianggap mewakili audience karena cerita tentang poligami sering ditemui dalam kehidupan. (2) Secara khusus: (a) LSM mempersepsikan kekerasan dalam poligami: Tidak mendukung poligami karena hanya membuat istri menderita, kerasan yang terjadi dalam poligami tidak seharusnya dilakukan, kkerasan tidak akan menyelesaikan masalah, penyelesaian masalah dengan kekerasan hanya akan menyakiti orang lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan dalam poligami: Suami mempunyai harta berlebih, lingkungan yang mendukung terjadinya poligami, dan ketidakpuasan suami dengan pelayanan istri. (b) Ormas Islam mempersepsikan kekerasan dalam poligami tidak melarang poligami, Agama Islam tidak mengajarkan kekerasan, dan poligami boleh dilakukan apabila suami dapat bertindak adil. Faktor-faktor yang mempengaruhi kekerasan dalam poligami: ketidakpuasan suami dengan pelayanan istri, lingkungan yang mendukung terjadinya poligami, dan tidak memahami makna sebenarnya poligami dalam ajaran Islam.